Rabu, 22 Oktober 2014

Masihkah ada yg menyangka bahwa Rabbuna dimana-mana (bukan diatas langit) ?

Masihkah ada yg menyangka bahwa Rabbuna dimana-mana (bukan diatas langit) ?

"....dan Fir'aun pun mengingkari bahwa Allah Ta'ala diatas langit" (RINGKASAN TAFSIR SURAT GHAFIR AYAT : 36-37)

kami telah membaca suatu artikel yang ditulis oleh seseorang di Internet, bahwa orang-orang yang meyakini bahwa Allah Ta'ala berada diatas langit ialah orang-orang yang bermanhaj seperti Fir'an, dengan berdalil surat Ghafir ayat 36-37, sungguh kami sangat terkejut dengan pemahaman mereka yang terbalik dari apa yang Allah firmankan, dan dari apa yang telah dijelaskan para 'Ulama tentang makna ayat ini.
Oleh karena itu kami berupaya membuat artikel ini dalam rangka menggapai keridhaan Allah, dan dalam rangkan meluruskan pemahaman yang menyimpang dalam memahami ayat ini. Sengaja kami tidak berpanjang lebar dengan tidak memuat dalil-dalil lainnya agar fokus pada tafsir ayat 36,37 surat Ghafir.

Allah Ta'ala berfirman :

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ. أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ

“Dan berkatalah fir`aun:“Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan nya Musa dan sesungguhnya aku benar-benar menduganya seorang pendusta“. (QS. Ghafir : 36-37)

Ibnu Kastir rahimahullah berkata :

يقول تعالى مخبرا عن فرعون و عتوه، و نمرده، و افترائه في تكذيب مو سى عليه السلام، و أنه أمر وزيره هامان أن يبني صرحا، و هو القصر العالي المنيف الشاهق

"Allah Ta'ala mengabarkan tentang kisah Fir'an dan kebodohannya, penentangannya, dan kedustaannya dalam mendustakan Nabi Musa 'alaihis salam, bahwa ia memerintahkan kepada menterinya yaitu Haman untuk membangun sebuah bangunan yang tinggi, yaitu istana yang tinggi". (Tafsir. Al-Qur'an Al-'Azhim Hal. 91 Jilid 4 Cet. Dar Ibnu Al-Jauzi)

Para Mufassirun menafsirkan ayat :

لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ. أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ

"supaya aku sampai ke pintu-pintu [36] (yaitu) pintu-pintu langit"

Al-Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata :

اختلف أهل التأويل في معنى الاَسْبَاب في هذا الموضع، ففال بعضهم : أَسْبَاب السموات : طرقها

"Para Ahli Tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat (supaya aku sampai ke pintu-pintu) dalam ayat ini. Maka sebagian dari mereka berkata tentang makna ayat ini : Jalan-jalannya (langit)". (Tafsir Ath-Thabari Hal. 752 Jilid 9 cet. Darul Hadits)

Al-Imam Abu Muhammad Al-Husain bin Mas'ud Al-Baghawi rahimahullah berkata :

يعني طرقها و أبوابها من سماء إلى سماء

"Yaitu jalan-jalannya, dan pintu-pintunya dari langit ke langit". (Tafsir Al-Baghawi Hal. 87 jilid 4 Cet. Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyah)

Pendapat ini pula yang dipilih oleh Ibnu Katsir (lihat Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim surat Ghafir ayat 36-37)

Asy-Syaikh 'Abdurrahman As-Sa'di rahimahullah berkata tentang ayat (وَقَالَ فِرْعَوْنُ) :

معارضا لموسى، و مكذبا له في دعواته إلى الإقرار برب العالمين الذي على العرش استوى و على الخلق اعتلى َ

"(Dan Fir'aun berkata) : dalam rangka menolak Musa, mendustakannya dari dakwahnya Musa kepada penetapan Rabbul 'Alamin, Yang Beristiwa diatas Al-'Arsy, dan Tinggi diatas makhluk-Nya". (Tafsir Karimir Rahman Hal. 704 Cet. Dar Ibn Hazm)

Para Mufassirin berkata tentang ayat :

فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا

"supaya aku sampai ke pintu-pintu. (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan nya Musa dan sesungguhnya aku benar-benar menduganya seorang pendusta".

Al-Imam Ath-Thabari rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat ini :

يقول : و إني لأظنّ موسى كاذبا فيما يقول و يدّعي من أن له في السماء ربا أرسله إلينا

"Ia (Fir'aun) berkata : dan sesungguhnya aku meyakini Musa pendusta dari apa yang ia ucapkan dan ia dakwakan bahwa ia memiliki Rabb dilangit yang mengutusnya kepada kita". (Tafsir Ath-Thabari Hal. 754 Jilid 9 cet. Darul Hadits)

Al-Imam Abu 'Utsman Ash-Shabuni rahimahullah berkata :

و أخبر الله سبحانه عن فرعون أنه قال لهامان ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ. أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ). و إنما قال ذلك لأنه سمع موسى عليه السلام يذكر أن ربه في السماء، ألا ترى إلى قوله : (وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ) ؟ يعني في السماء إلها. و علماء الأمة و أعيان الأمة من السلف رحمهم الله لم يختلفوا في أن الله تعالى على عرشه، و عرشه فوق سماواته

"Dan Allah Subhanahu mengabarkan tentang Fir'aun bahwa ia berkata kepada Haman (buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan nya Musa dan sesungguhnya aku benar-benar menduganya seorang pendusta). Sesunggunya ia berkata demikian dikarenakan ia mendengar Musa 'alaihis salam menyebutkan bahwa Rabb-nya dilangit. Apalah anda tidak memperhatikan firman-Nya : (dan sesungguhnya aku benar-benar menduganya seorang pendusta), yaitu didalam perkataannya (Musa) bahwa dilangit itu ada Rabb. Dan 'Ulama ummat dari kalangan salaf rahimahumullah tidak berselisih pendapat bahwa Allah Ta'ala diatas 'Ars-Nya, dan 'Ars-Nya diatas langi-langit-Nya". (Aqidatus Salaf wa Ashabul Hadist hal 176 Cet. Darul 'Ashimah)

Al-Imam Al-'Allamah Ibnu Khuzaimah rahimahullah berkata :

أن الله جلا و علا في السماء مع الدليل على أن فرعون مع كفره و طغيانه قد أعلمه موسى عليه السلام بذلك، و كأنه قد علم أن خالق البشر في السماء. ألا تسمع قول الله يحكي عن فرعون قوله : ( يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى). ففرعون -عليه لعنة الله- يأمر ببناء صرح، فحسب أنه يطلع إلى إله موسى في قةله : (إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ) دلالةعلى أن موسى قد كان أعلمه أن ربه-جلا و علا- أعلى و فوف

"..........Bahwasanya Allah -Jalla wa 'ala- diatas langit, dengan dalil bahwa Fir'aun dengan kekafirannya, dan sikap melampaui batasnya, ia telah diajari oleh Musa -'alaihis salam- tentang hal tersebut, dan seakan-akan ia (fir'aun) telah mengetahui bahwa Sang Pencipta Makhluk diatas langit. Apakah anda tidak mendengar firman Allah yang menceritakan tentang Fir'aun ? (Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan nya Musa). Maka Fir'aun memerintahkan dibangunnya bangunan yang tinggi, maka ia mengira bahwa ia bisa melihat Rabbnya Musa. Dan didalam firman Allah (dan sesungguhnya aku benar-benar menduganya seorang pendusta) adalah dalil bahwa Musa telah memberitahukan (mengajari) kepada Fir'aun bahwa Rabbnya -Jalla wa 'Alaa- Maha Tinggi dan diatas". (Kitabut Tauhid hal. 98 Cet. Darul Hadits)

Masihkah anda menyangka bahwa Rabbuna dimana-mana (bukan diatas langit) ?

Semoga Bermanfaat ●
- - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - -






Minggu, 19 Oktober 2014

Perbedaan Antara Orang Hidup dan Orang Mati, Rumah dan Kuburan:

PERBEDAAN ANTARA ORANG HIDUP & ORANG MATI,
RUMAH DAN KUBURAN :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah ﷺ bersabda,

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَىِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan tidak berdzikir bagaikan orang hidup dan orang mati.” [HR. Al-Bukhari dari Abu Musa Al-‘Asy’ari radhiyallahu’anhu]

Dan sabda beliau ﷺ ,

مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِى يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ وَالْبَيْتِ الَّذِى لاَ يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ مَثَلُ الْحَىِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah padanya dan yang tidak disebut nama Allah padanya bagaikan orang hidup dan orang mati.” [HR. Muslim dari Abu Musa Al-‘Asy’ari radhiyallahu’anhu]

Dan sabda beliau ﷺ ,

لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqoroh.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Dan sabda beliau ﷺ ,

اجْعَلُوا مِنْ صَلاَتِكُمْ فِى بُيُوتِكُمْ وَلاَ تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا

"Jadikanlah sebagian sholat kalian (yaitu sholat-sholat sunnah) di rumah-rumah kalian, dan janganlah menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan (yang tidak boleh dilakukan sholat padanya)." [HR. Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma]

Beberapa Pelajaran:
════════════════
1) Urgensi dan keutamaan berdzikir kepada Allah ta'ala, bahwa hidupnya hati dengan berdzikir kepada-Nya, dan matinya hati karena melupakan-Nya, maka dzikir bagi hati bagaikan air bagi ikan, apa jadinya ikan tanpa air?! 
2) Dzikir yang dimaksud bukan sekedar lafaz yang diucapkan dengan lisan tanpa kehadiran hati dan tanpa memahami maknanya, tapi hendaklah dipahami dan diagungkan dengan hati, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjalankan perintah Allah ta’ala dan menjauhi larangan-Nya. 
3) Demikian pula ibadah dzikir yang dimaksud adalah yang memenuhi dua syarat ibadah, yaitu ikhlas karena Allah ta'ala dan meneladani Rasulullah ﷺ . 
4) Kehidupan hati lebih penting daripada kehidupan jasad, sebagaimana kematian hati lebih berbahaya dibanding kematian jasad, sehingga orang yang hatinya mati diperumpamakan bagai orang yang sudah benar-benar mati, walaupun jasadnya masih hidup. 
5) Bacalah Al-Qur’an di rumah, jangan membacanya di kuburan, karena hal itu termasuk bid’ah, mengada-ada dalam agama, dan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu di atas, Rasulullah ﷺ telah memberikan isyarat pelarangannya (Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 3/114, no. 14409) 
6) Demikian pula dalam hadits ini terkandung larangan sholat di kuburan, karena dalam riwayat Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma di atas, Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk melakukan sholat sunnah di rumah agar tidak seperti kuburan. 
7) Mengusir setan dari rumah dengan membaca surat Al-Baqoroh dan memperbanyak ibadah di rumah. Jangan panggil dukun, paranormal, orang pintar atau menyembelih hewan sesajen untuk “penunggu” rumah, karena itu semua termasuk syirik, menyekutukan Allah ta’ala yang menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari Islam. 
8) Tidak boleh mengubur mayit di rumah kecuali para Nabi dan Rasul jika meninggalnya di rumah (Lihat Fathul Bari, 1/529-530). 
9) Menghiasi rumah dengan amalan-amalan shalih, dan menjauhkannya dari perbuatan-perbuatan maksiat seperti gambar-gambar bernyawa, musik dan hal-hal yang dapat melalaikan dari berdzikir kepada Allah ta’ala. 
10) Diantara metode pengajaran yang baik adalah dengan menggunakan permisalan agar dapat lebih dipahami dan lebih tertanam ke dalam jiwa.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

- - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - -


Sumber:
══════════════════════════
✏ FB: Sofyan Chalid bin Idham Ruray 
══════════════════════════










PERDUKUNAN TERMASUK KEKAFIRAN & KESYIRIKAN, WASPADALAH...!

PERDUKUNAN TERMASUK KEKAFIRAN & KESYIRIKAN,
WASPADALAH...!

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّد

"Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal, lalu ia mempercayai ucapan dukun atau peramal tersebut maka ia telah kafir terhadap (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ "
[HR. Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan Al-Bazzar dari Jabir radhiyallahu'anhu, Ash-Shahihah: 3387]

Beberapa Pelajaran:
════════════════
1) Para dukun dan tukang ramal termasuk orang-orang kafir dan musyrik.

2) Beberapa bentuk kekafiran orang yang mendatangi atau mempercayai dukun dan peramal:
══ Barangsiapa mempercayai berita-berita ghaib yang dikabarkan oleh dukun dan peramal maka ia telah kafir, 
══  Barangsiapa menggunakan jasa dukun atau peramal untuk mencari barang yang hilang, menerawang masa depan, apalagi untuk melakukan sihir, santet, guna-guna, pelet dan lain-lain maka ia telah kafir. 
══  Juga termasuk kekafiran, mempercayai ramalan-ramalan bintang di media-media masa.
3) Hanya Allah ta’ala yang mengetahui perkara ghaib, barangsiapa mengaku tahu perkara ghaib atau meyakini ada selain Allah yang mengetahui perkara ghaib maka ia telah menyekutukan Allah ta’ala yang menyebabkan ia murtad, keluar dari Islam.

4) Para dukun dan tukang ramal adalah para pendusta besar, maka janganlah tertipu walau mereka disebut sebagai orang pintar, paranormal bahkan dianggap kiai, ustadz dan da'i sekali pun.

5) Larangan bertanya kepada dukun atau peramal, akan tetapi ulama merinci permasalahan ini menjadi tiga keadaan:
══ Pertama: Barangsiapa bertanya kepada dukun atau peramal namun tidak mempercayainya maka tidak diterima sholatnya selama 40 hari, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim. Namun tetap wajib atasnya untuk melakukan sholat, apabila ia meninggalkan sholat maka ia telah melakukan kekafiran yang lain. 
══ Kedua: Barangsiapa bertanya kepada dukun atau peramal dan mempercayai ucapan mereka maka ia telah kafir, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. 
══ Ketiga: Barangsiapa bertanya kepada dukun atau peramal untuk mengujinya dan membongkar kedustaannya maka ini diperbolehkan bahkan dianjurkan agar manusia tidak tertipu, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah ﷺ kepada Ibnu Shoyyad.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
- - - - - - - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - - - - - - -

Sumber:
══════════════════════════
✏ FB: Sofyan Chalid bin Idham Ruray 
══════════════════════════







Rabu, 15 Oktober 2014

Wahai Muslimah, Janganlah Berhias dan Bergaya seperti Wanita Jahiliyah…!

WAHAI MUSLIMAH,
JANGANLAH BERHIAS & BERGAYA SEPERTI WANITA JAHILIYAH …!

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah ta’ala berfirman,

وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى

“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” [Al-Ahzab: 33]

Penjelasan Para Ulama Ahli Tafsir tentang Makna Tabarruj (Berhias) Wanita Jahiliyah:

Al-Imam Mujahid rahimahullah,

كانت المرأة تخرج تمشي بين يدي الرجال، فذلك تبرج الجاهلية

“Dahulu wanita Jahiliyah keluar dan berjalan di depan kaum lelaki, inilah yang dimaksud berhias Jahiliyah.” [Tafsir Ibnu Katsir 6/410]

Al-Imam Qotadah rahimahullah berkata,

وكانت لهن مشية وتكسر وتغنُّج فنهى الله عن ذلك

“Wanita-wanita Jahiliyah (di depan kaum lelaki) berjalan, bergaya dan bercanda ria, maka Allah ta’ala melarang tabarruj tersebut.” [Tafsir Atn-Thobari, 20/259, Tafsir Ibnu Katsir 6/410]

Al-Imam Muqotil bin Hayyan rahimahullah berkata,

والتبرج: أنها تلقي الخمار على رأسها، ولا تشده فيواري قلائدها وقرطها وعنقها، ويبدو ذلك كله منها، وذلك التبرج، ثم عمت نساء المؤمنين في التبرج

“Tabarruj (berhias dan bersolek Jahiliyah) adalah seorang wanita mengenakan kerudung di kepalanya namun tidak melilitnya dengan baik agar menutupi perhiasan kalungnya, antingnya dan lehernya, sehingga nampaklah semua itu, inilah yang disebut tabarruj, kemudian larangan tabarruj ini mencakup seluruh wanita beriman.” [Tafsir Ibnu Katsir 6/410]

Al-Imam Ma’mar bin Rasyid rahimahullah berkata,

أن تخرج محاسنها

“Tabarruj adalah seorang wanita keluar rumah dengan menampakkan kecantikannya.” [Fathul Bari, 1/86]

Al-Imam Ath-Thobari rahimahullah berkata,

إن التبرج هو إظهار الزينة، وإبراز المرأة محاسنها للرجال

“Sesungguhnya tabarruj itu adalah seorang wanita yang menampakkan perhiasan dan menampilkan kecantikannya kepada kaum lelaki.” [Tafsir Atn-Thobari, 20/260]

Al-Imam As-Sa’di rahimahullah berkata,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ أي: اقررن فيها، لأنه أسلم وأحفظ لَكُنَّ، {وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى} أي: لا تكثرن الخروج متجملات أو متطيبات، كعادة أهل الجاهلية الأولى، الذين لا علم عندهم ولا دين، فكل هذا دفع للشر وأسبابه

“Firman Allah ta'ala,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ

“Dan hendaklah kalian wahai para wanita tetap di rumahmu” (Al-Ahzab:33).

Maknanya: Tinggallah di dalam rumah karena itu lebih menyelamatkan dan menjaga kalian.

Dan firman Allah ta'ala,

وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى

“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab: 33)

Maknanya: Wahai para wanita, janganlah kalian sering keluar rumah dengan mempercantik diri atau mengenakan wewangian seperti kebiasaan wanita-wanita Jahiliyah dahulu yang tidak memiliki ilmu dan ketakwaan, maka semua larangan ini demi mencegah kejelekan dan sebab-sebabnya.” [Tafsir As-Sa’di, hal. 663]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
- - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - -






Selasa, 14 Oktober 2014

HANYA AMALAN YANG MENEMANI DI ALAM KUBUR

HANYA AMALAN YANG MENEMANI DI ALAM KUBUR

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah ﷺ bersabda,

يَتْبَعُ المَيِّتَ ثَلاَثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

"Yang mengikuti mayit ke kuburnya ada tiga, lalu dua kembali dan yang tinggal bersamanya hanya satu; yang mengikutinya adalah keluarganya, hartanya dan amalnya, lalu kembali keluarga dan hartanya, dan yang tinggal hanya amalnya." [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu]


Beberapa Pelajaran:
════════════════
1) Hadits yang mulia ini mengajarkan kepada kita pentingnya amal shalih dalam kehidupan dunia ini sebagai bekal untuk kehidupan di negeri akhirat yang kekal. 
Allah ta’ala berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ

“Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.” [Al-Baqoroh: 197]

2) Sungguh sangat disayangkan sekali, apabila kita baru tersadar untuk beramal shalih tatkala kematian telah datang untuk menjemput kita, ketika penyesalan tiada lagi berarti.
 Allah ta’ala berfirman,

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Wahai Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat beramal shalih yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (alam barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.” [Al-Mukminun: 99-100]

3) Lebih mengerikan lagi, ketika penghuni neraka meraung-raung untuk meminta dikembalikan ke dunia demi beramal shalih.
 Allah ta’ala berfirman,

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Wahai Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal shalih, berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” [Faathir: 37]

4) Peringatan untuk tidak terlena dengan keluarga dan harta, kemudian lupa beramal shalih untuk kehidupan yang hakiki dan kebahagiaan yang sejati di negeri akhirat.
Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [Al-Munafiqun: 9]

5) Amalan yang akan menemani seseorang di alam kubur adalah seperti yang disebutkan dalam hadits Al-Barro bin ‘Azib radhiyallahu’anhu, yaitu apabila amalnya baik maka yang akan menemaninya dalam bentuk seseorang yang bagus wajahnya, pakaiannya dan aromanya, apabila amalannya jelek maka sebaliknya.

Dan kuburan orang yang beramal shalih diluaskan sejauh matanya memandang, dibukakan pintu surga sehingga berhembus aroma yang harum. Sebaliknya, orang yang beramal jelek kuburannya disempitkan, dibukakan pintu neraka sehingga berhembus panasnya, maka kuburan dapat menjadi taman surga atau jurang neraka, tergantung amal seseorang ketika di dunia.  Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وسلم
- - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - -
















Sabtu, 11 Oktober 2014

JAUHILAH TIGA HAL YANG DIHARAMKAN DAN TIGA HAL YANG DIBENCI

JAUHILAH TIGA HAL YANG DIHARAMKAN DAN TIGA HAL YANG DIBENCI,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ اْلأُمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ

Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian:
1) Durhaka pada ibu,
2) Menolak untuk memberikan hak orang lain dan menuntut apa yang bukan haknya,
3) Mengubur anak perempuan hidup-hidup (kebiasaan Jahiliyah).
Dan Allah membenci bagi kalian:
1) Banyak menukilkan perkataan yang tidak bermanfaat,
2) Banyak bertanya, 
3) Menyia-nyiakan harta.
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu‘anhu]


Beberapa Pelajaran:
1) Kewajiban berbakti dan haramnya durhaka kepada orang tua, terutama kepada ibu.
2) Bahaya perbuatan zalim dan pelanggaran terhadap hak orang lain.
3) Larangan mengikuti kebiasaan-kebiasaan jahiliyah.
4) Perintah menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang haram dan yang tidak bermanfaat.
5) Mensyukuri nikmat harta, tidak berlaku boros dan tidak menyia-nyiakannya.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Sunber;
══════════════════════════
✏ FB: Sofyan Chalid bin Idham Ruray 
══════════════════════════





Rabu, 08 Oktober 2014

Hukum Penyebaran Berita Gerhana dan Hukum Sholat Gerhana

HUKUM PENYEBARAN BERITA GERHANA DAN HUKUM SHOLAT GERHANA HANYA BERDASARKAN BERITA TERSEBUT;


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, tidaklah terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak pula karena kelahirannya, maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kepada Allah, bertakbir, sholat dan bersedekah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengaitkan antara memperbanyak doa, takbir, sholat dan sedekah dengan “melihat” gerhana. Maka barangsiapa yang melihat kejadiannya, disyari’atkan baginya untuk melakukan amalan-amalan tersebut. Adapun yang tidak melihatnya secara langsung, apakah karena terhalang mendung atau sebab yang lainnya, maka tidak disyari’atkan baginya untuk melakukan itu hanya berdasarkan berita-berita media atau informasi dari ahli astronomi.


Asy-Syaikhul ‘Allaamah Ibnu Baz rahimahullah berkata,

أما أخبار الحسابيين عن أوقات الكسوف فلا يعول عليها , وقد صرح بذلك جماعة من أهل العلم , منهم: شيخ الإسلام ابن تيمية وتلميذه العلامة ابن القيم رحمة الله عليهما ; لأنهم يخطئون في بعض الأحيان في حسابهم , فلا يجوز التعويل عليهم , ولا يشرع لأحد أن يصلي صلاة الكسوف بناء على قولهم , وإنما تشرع صلاة الكسوف عند وقوعه ومشاهدته

فينبغي لوزارات الإعلام منع نشر أخبار أصحاب الحساب عن أوقات الكسوف حتى لا يغتر بأخبارهم بعض الناس ; ولأن نشر أخبارهم قد يخفف وقع أمر الكسوف في قلوب الناس , والله سبحانه وتعالى إنما قدره لتخويف الناس وتذكيرهم ; ليذكروه ويتقوه ويدعوه ويحسنوا إلى عباده، والله ولي التوفيق

“Adapun berita-berita ahli astronomi tentang waktu-waktu gerhana maka tidak boleh dijadikan sandaran untuk melakukan sholat gerhana, dan hal tersebut telah ditegaskan oleh banyak ulama, diantaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan murid beliau Al-‘Allamah Ibnul qoyyim rahmatullaahi ‘alaihima, karena para ahli astronomi tersebut kadang salah dan kadang benar dalam hisab mereka, maka tidak boleh bersandar kepada mereka, dan tidak disunnahkan bagi seorang pun untuk melakukan sholat gerhana dengan bersandarkan pendapat mereka, hanyalah sholat gerhana itu disyari’atkan ketika terjadinya dan disaksikan secara langsung.

Maka sepatutnya bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika melarang para ahli astronomi untuk mengabarkan waktu-waktu terjadinya gerhana, agar sebagian orang tidak tertipu dengan berita-berita mereka (yang kadang salah dan kadang benar), dan karena adanya penyebaran berita tersebut dapat mengurangi dahsyatnya pengaruh gerhana di hati-hati manusia, padahal Allah ta’ala menetapkannya untuk mempertakuti manusia dan mengingatkan mereka, agar mereka berdzikir kepada-Nya, bertakwa kepada-Nya, berdoa kepada-Nya dan berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya. Wallaahu Waliyyuttaufiq.” [Majmu’ Al-Fatawa, 13/36]


Asy-Syaikhul Faqih Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

الأولى فيما أرى عدم الإخبار، لأن إتيان الكسوف بغتة أشد وقعاً في النفوس، ولهذا نجد أن الناس لما علموا الأسباب الحسية للكسوف، وعلموا به قبل وقوعه، ضعف أمره في قلوب الناس، ولهذا كان الناس قبل العلم بهذه الأمور، إذا حصل كسوف خافوا خوفاً شديداً، وبكوا وانطلقوا إلى المساجد خائفين وجلين، والله المستعان

“Lebih baik menurutku tidak mengabarkan berita akan terjadinya gerhana, karena datangnya gerhana secara tiba-tiba tanpa diketahui sebelumnya lebih dahsyat pengaruhnya bagi jiwa, oleh karena itu kita dapati bahwa manusia apabila telah mengetahui sebab-sebab inderawi akan munculnya gerhana, dan mereka mengetahuinya sebelum terjadi, maka melemah pengaruhnya di dalam hati-hati manusia, dan sebaliknya, apabila manusia belum mengetahui akan terjadinya, ketika terjadi maka mereka akan sangat takut, menangis dan bersegera menuju masjid-masjid dalam keadaan takut dan gemetar. Wallaahul Musta’an.” [Majmu’ Al-Fatawa war Rosaail: 5931]


Asy-Syaikhul Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah juga berkata,

لا يجوز أن يصلي اعتماداً على ما ينشر في الجرائد، أو يذكر بعض الفلكيين، إذا كانت السماء غيماً ولم ير الكسوف؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم علق الحكم بالرؤية، فقال عليه الصلاة والسلام: «فإذا رأيتموهما فافزعوا إلى الصلاة»، ومن الجائز أن الله تعالى يخفي هذا الكسوف عن قوم دون آخرين لحكمة يريدها

“Tidak boleh melakukan sholat gerhana hanya berdasarkan pada berita yang tersebar di koran-koran atau pengabaran ahli falak (tanpa melihat langsung), apabila langit mendung dan gerhana tidak terlihat, karena Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengaitkan hukum (sholat) dengan melihat (gerhana), beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Maka apabila kalian melihat gerhana bersegeralah untuk sholat.” Dan bisa jadi Allah ta’ala tidak menampakkan gerhana ini bagi suatu kaum sedang yang lainnya dapat melihatnya, karena suatu hikmah yang Allah inginkan.” [Majmu’ Al-Fatawa war Rosaail: 3041]


وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

══════════════════════════
FB: Sofyan Chalid bin Idham Ruray 
══════════════════════════



GERHANA MATAHARI DAN BULAN ADALAH TANDA KEBESARAN DAN KEAGUNGAN ALLAH TA'ALA;

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

Rasulullah ﷺ Bersabda

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا


“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, tidaklah terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak pula karena kelahirannya, maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kepada Allah, bertakbir, sholat dan bersedekah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

Beberapa Pelajaran:

1) Dalam hadits yang mulia ini terdapat peringatan untuk memperhatikan tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah ta’ala di alam ini. Bahwa seluruh makhluk, yang besar maupun yang kecil, yang bergerak maupun yang diam, di bumi maupun di langit, semuanya tunduk di bawah pengaturan Allah ‘azza wa jalla, maka sudah sepatutnya kita hanya menyembah kepada Allah ta’ala yang satu saja, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

2) Kewajiban untuk takut kepada Allah ta’ala, karena keagungan dan kebesaran-Nya, seluruh makhluk tunduk di bawah kekuasaan-Nya, sangat mudah bagi-Nya untuk menimpakan azab terhadap orang-orang yang durhaka kepada-Nya. Bahkan disebutkan dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu bahwa ketika terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam maka beliau sangat takut akan terjadinya kiamat, sehingga beliau bersegera untuk datang ke masjid dan melakukan sholat gerhana.

3) Bantahan terhadap orang-orang yang bersikap ghuluw (berlebih-lebihan, melampaui batas) dalam menghormati orang-orang shalih sampai menganggap kejadian-kejadian di alam ini karena kematian atau kelahiran seorang yang shalih atau ada campur tangan orang-orang shalih tersebut, maka mereka telah menyekutukan Allah ta’ala dengan orang-orang shalih tersebut dengan dalih menghormati dan memuliakan mereka.

4) Sebagaimana dalam hadits ini juga terdapat bantahan terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah ta’ala dengan matahari dan bulan, padahal kenyataannya kedua makhluk tersebut hanyalah makhluk yang lemah, selalu tunduk kepada Allah ta’ala, tidaklah patut dipersekutukan dengan Allah jalla wa ‘ala Yang Maha Besar lagi Maha Perkasa

5) Disunnahkan ketika gerhana untuk bersegera memperbanyak doa, dzikir, istighfar, taubat kepada Allah ta’ala dan bersedekah

6) Isyarat untuk selalu bersandar kepada Allah ta’ala dalam menghadapi hal-hal yang menakutkan (Lihat Ihkamul Ahkam, 1/239)

7) Juga terdapat isyarat bahwa hal-hal yang menakutkan itu muncul karena dosa-dosa para hamba, maka hendaklah kembali kepada Allah ta’ala dengan beribadah dan memohon ampun kepada-Nya agar Allah ta’ala menghilangkan musibah tersebut (Lihat Ihkamul Ahkam, 1/239)

8) Disunnahkan bagi yang “melihat” gerhana untuk melakukan sholat gerhana. Adapun bagi yang tidak melihatnya secara langsung, seperti karena terhalang mendung maka tidak disyari’atkan. 

Asy-Syaikhul Faqih Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

لا يجوز أن يصلي اعتماداً على ما ينشر في الجرائد، أو يذكر بعض الفلكيين، إذا كانت السماء غيماً ولم ير الكسوف؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم علق الحكم بالرؤية، فقال عليه الصلاة والسلام: «فإذا رأيتموهما فافزعوا إلى الصلاة»، ومن الجائز أن الله تعالى يخفي هذا الكسوف عن قوم دون آخرين لحكمة يريدها

“Tidak boleh melakukan sholat gerhana hanya berdasarkan pada berita yang tersebar di koran-koran atau pengabaran ahli falak (tanpa melihat langsung), apabila langit mendung dan gerhana tidak terlihat, karena Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengaitkan hukum (sholat) dengan melihat (gerhana), beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Maka apabila kalian melihat gerhana bersegeralah untuk sholat.” Dan bisa jadi Allah ta’ala tidak menampakkan gerhana ini bagi suatu kaum sedang yang lainnya dapat melihatnya, karena suatu hikmah yang Allah inginkan.”[Majmu’ Al-Fatawa war Rosaail: 3041]

9) Hikmah sholat gerhana adalah dalam rangka menaati dan meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, dan menundukkan diri kepada Allah ta’ala agar diselamatkan dari berbagai bencana yang Allah peringatkan melalui gerhana (Majmu’ Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil ‘Utsaimin rahimahullah: 1241)

10) Disunnahkan bersedekah dengan niat karena Allah ta’ala, dan boleh disertakan niat agar Allah ta’ala menghilangkan musibah.

 Ibnu Daqiqil ‘Ied rahimahullah berkata,

وفي الحديث دليل على استحباب الصدقة عند المخاوف لاستدفاع البلاء المحذور

“Dan dalam hadits ini terdapat dalil disunnahkannya bersedekah dalam keadaan-keadaan genting, untuk menolak bencana yang dikhawatirkan.” [Ihkamul Ahkam, 1/238]

TATA CARA SHOLAT GERHANA:
1) Takbiratul ihram.
2) Membaca istiftah, ta’awwudz, dan basmalah secara pelan.
3) Membaca Al-Fatihah dan surat lain secara keras, dan hendaklah memanjangkan bacaan, yaitu memlih surat yang panjang.
4) Bertakbir lalu ruku’ dan memanjangkan ruku’, yaitu membaca bacaan ruku’ dengan mengulang-ngulangnya.
5) Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengucapkan, ”Sami’allahu liman hamidah,” jika badan sudah berdiri tegak membaca, ”Rabbana walakal hamdu.”
6) Setelah itu tidak turun sujud, namun kembali membaca Al-Fatihah dan surat panjang, akan tetapi lebih pendek dari yang pertama.
7) Bertakbir lalu ruku’ dengan ruku’ yang panjang, namun lebih pendek dari ruku’ yang pertama.
8) Kemudian bangkit dari ruku’ seraya mengucapkan, ”Sami’allahu liman hamidah,” jika badan sudah berdiri tegak membaca, ”Rabbana walakal hamdu.” Dan hendaklah memanjangkan berdiri I’tidal ini
9) Bertakbir lalu sujud dengan sujud yang panjang, yaitu dengan mengulang-ngulang bacaan sujud.
10) Kemudian bangkit untuk duduk di antara dua sujud seraya bertakbir, lalu duduk iftirasy dan hendaklah memanjangkan duduknya.
11) Kemudian sujud kembali seraya bertakbir dan hendaklah memanjangkan sujud, namun lebih pendek dari sujud sebelumnya.
12) Bangkit ke raka’at kedua seraya bertakbir, setelah berdiri untuk rakaat kedua maka lakukanlah seperti pada raka’at yang pertama, namun lebih pendek dari raka’at yang pertama
13) Kemudian duduk tasyahhud, membaca shalawat, dan salam ke kanan dan ke kiri.
14) Setelah itu disunnahkan bagi imam berkhutbah kepada manusia untuk mengingatkan mereka bahwa gerhana matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah untuk mempertakuti hamba-hamba-Nya dan agar mereka memperbanyak dzikir dan sedekah.
15) Waktu melakukan sholat gerhana adalah selama terjadinya gerhana, apabila gerhana telah selesai sedang sholatnya belum selesai maka hendaklah sholatnya dipendekkan dan tetap disempurnakan, namun tidak lagi dipanjangkan (Lihat Majmu' Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil 'Utsaimin rahimahullah: 8241).
16) Apabila sholat selesai namun gerhana belum selesai maka tidak disyari'atkan untuk mengulang sholatnya, tapi hendaklah melakukan sholat sunnah yang biasa dikerjakan, atau memperbanyak dzikir dan do'a sampai gerhana selesai (Lihat Majmu' Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil 'Utsaimin rahimahullah: 9241).
17) Disyari'atkan untuk melakukannya secara berjama'ah di masjid. Dan dibolehkan untuk melakukannya di rumah, namun lebih baik di masjid (Lihat Majmu' Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil 'Utsaimin rahimahullah: 4041, 5041).
18) Disunnahkan menyeru manusia untuk sholat dengan ucapan, "Ash-Sholaatu Jaami'ah." Tidak ada adzan dan iqomah untuk sholat gerhana selain seruan tersebut, dan boleh diserukan berulang-ulang (Lihat Majmu' Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil 'Utsaimin rahimahullah: 2241).
19) Apabila bertemu waktu sholat wajib dan sholat gerhana maka didahulukan sholat wajib (Lihat Majmu' Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil 'Utsaimin rahimahullah: 9931). Dan boleh mengerjakan sholat gerhana meski di waktu-waktu terlarang, karena pendapat yang kuat insya Allah, yang terlarang hanyalah sholat-sholat sunnah mutlak, yang tidak memiliki sebab (Lihat Majmu' Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil 'Utsaimin rahimahullah: 0341, 1341).
20) Apabila makmum tidak mendapatkan ruku' yang pertama maka ia tidak mendapatkan raka'at tersebut, hendaklah ia menyempurnakannya setelah imam salam dengan raka'at yang sempurna, yaitu tiap raka'at terdiri dari dua ruku' (Lihat Majmu' Fatawa wa Rosaail Asy-Syaikh Ibnil 'Utsaimin rahimahullah: 9141).
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

══════════════════════════
FB: Sofyan Chalid bin Idham Ruray 
══════════════════════════