Jumat, 06 Maret 2015

Kesempurnaan Islam, Bahaya Bid’ah dan Paham Kekafiran Sekularisme

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
March 6, 2015  Aqidah

Kesempurnaan Islam, Bahaya Bid'ah dan Paham Sesat Sekularisme
Allah ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]
Beberapa Pelajaran:
1) Islam adalah agama yang sempurna, tidak mengandung kekurangan dari sisi mana pun, segala yang dibutuhkan makhluk untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat telah diajarkan dalam Islam, dan semua sisi kehidupan makhluk diatur dalam Islam, sehingga kita tidak memerlukan yang lain lagi.
Ketika ada orang yang berkata kepada Sahabat yang Mulia Salman Al-Farisi radhiyallahu’anhu,
قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ. قَالَ فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
“Sungguh Nabi kalian –shallallahu’alaihi wa sallam- telah mengajari kalian segala sesuatu sampai cara buang hajat. Maka beliau berkata: Benar, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melarang kami menghadap kiblat ketika buang air besar atau kecil, beliau juga melarang kami membersihkan kemaluan setelah buang hajat (istinja’) dengan tangan kanan, dengan kurang dari tiga buah batu, dengan kotoran hewan atau tulang.” [HR. Muslim]
2) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengajarkan seluruh kebaikan dan memperingatkan seluruh kejelekan, karena tugas beliau menyampaikan seluruh ajaran agama, tidak ada yang boleh disembunyikan. Sahabat yang mulia Abu Dzar radhiyallahu’anhu berkata,
تَرَكْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي الْهَوَاءِ، إِلا وَهُوَ يُذَكِّرُنَا مِنْهُ عِلْمًا قَالَ: فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ، ويُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ، إِلا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam meninggalkan kami, dalam keadaan tidaklah seekor burung kecil mengepakkan dua sayapnya di udara, kecuali beliau telah menyebutkan kepada kami ilmu tentang hal itu.” Beliau -shallallahu’alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak tersisa sedikit pun yang bisa mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka kecuali telah dijelaskan kepada kalian.” [HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir dari Abu Dzarradhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 1803]
3) Bahaya besar perbuatan bid’ah dalam agama, karena orang yang berbuat bid’ah seakan menuduh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak amanah; tidak menyampaikan seluruh agama, yaitu masih ada kebaikan yang beliau belum ajarkan sehingga perlu ditambah-tambah, bahkan menuduh agama ini belum sempurna; sehingga perlu penambahan. Al-Imam Malik rahimahullah berkata,
مَنِ ابْتَدَعَ فِي الْإِسْلَامِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً، زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ} ، فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِينًا، فَلَا يَكُونُ الْيَوْمَ دِينًا.
“Barangsiapa berbuat bid’ah dalam Islam yang ia anggap sebagai bid’ah hasanah, maka ia telah menuduh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengkhianati tugas kerasulan, karena Allah ta’ala berfirman, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu”, sehingga apa yang hari itu bukan ajaran agama, maka pada hari ini juga bukan ajaran agama.”
4) Semua bid’ah itu sesat meski manusia menganggapnya hasanah, karena agama sudah sempurna tidak memerlukan tambahan. Sahabat yang Mulia Ibnu Umar radhiyallahu’anhu berkata,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةُ وَإِنْ رَآهَا النَّاس حَسَنَة
“Setiap bid’ah itu sesat, meski manusia menganggapnya hasanah (baik).”
5) Sekularisme, memisahkan dunia dan agama, menganggap agama tidak mengatur urusan dunia, tidak boleh mengatur urusan negara, pemerintahan, politik, ekonomi dan lain-lain adalah ajaran kekafiran dan kebodohan.
  • • Kekafiran karena menentang Allah dan Rasul-Nya serta mengingkari kesempurnaan Islam.
  • • Kebodohan karena tidak mengetahui fakta ilmiah dan fakta sejarah;

- Fakta ilmiahnya ajaran Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dengan sebaik-baik aturan, barangsiapa berpegang teguh dengannya maka ia akan berbahagia dunia dan akhirat.
- Fakta sejarah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat setelah beliau pernah memerintah dunia di bawah keadilan Islam dan mengantarkan umat manusia pada ketinggian peradaban dan kejayaan dunia.
- Demikian pula fakta sejarah hancurnya umat-umat di sepanjang masa ini adalah karena berpaling dari aturan-aturan Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Al-A’rof: 96]
Maka ketika seseorang memilih sekularisme dan menolak Islam sebagai agama dan negara, dengan anggapan bahwa Islam tidak mengatur urusan negara dan masyarakat, dan bahwa pengaturan Islam hanyalah kezaliman terhadap orang-orang yang lemah, hakikatnya berakar dari tiga kesalahan mendasar:
  • 1. Ketidaktahuan tentang Islam yang sebenarnya.
  • 2. Cara berfikir yang tidak objektif, yaitu menyamakan Islam dengan agama Kristen di zaman kegelapan Eropa (sampai hari ini pun masih gelap), yang telah melakukan kezaliman terhadap umat manusia dan membawa negara dan masyarakat ke zaman kegelapan.
  • 3. Tidak mengetahui sejarah Islam, atau mengetahui namun menutup mata darinya.

Maka para ulama telah menjelaskan bahwa paham sekularisme adalah ajaran kekufuran, karena menafikan kesempurnaan Islam dan mendustakan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
« * * * * »





Tidak ada komentar:

Posting Komentar