DOA MENDENGAR ADZAN YANG SHAHIH DAN LIMA TAMBAHAN LAFADZ YANG DHA'IF,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
1. Do’a mendengar adzan:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّة وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’an
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّة وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
“Allahumma Robba haadzihid da’watit taammati wash-sholaatill
“Ya Allah Pemilik seruan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan, anugerahkanlah kepada Nabi Muhammad; wasilah (kedudukan yang tinggi di surga) dan keutamaan (melebihi seluruh makhluk), dan bangkitkanlah beliau dalam kedudukan terpuji (memberi syafa'at) yang telah Engkau janjikan.”
Maka ia (yang membacanya) berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.” [HR. Al-Bukhari]
2. Disunnahkan menjawab adzan dan membaca shalawat sebelum membaca do’a di atas, berdasarkan hadits berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَة فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَة حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu’an
3. Tentang keumuman sabda Rasulullah shallallahu'ala
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ
"Jika kalian mendengarkan azan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan mu’adzin." [HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu’an
Keumuman hadits ini mencakup:
• Perintah menjawab adzan dan iqomah, karena iqomah juga dinamakan adzan (lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daaimah, 5/78 no. 19327, 6/92-93 no. 2801)
• Dalam menjawab azan hendaklah dijawab sesuai yang diucapkan oleh mu’adzin, termasuk menjawab, "Ash-Sholaatu khairun minan naum", hendaklah dijawab seperti itu berdasarkan keumuman dalil tersebut.
• Kecuali lafaz hay’alataani (hayya ‘alas sholaah dan hayya ‘alal falaah) maka dijawab masing-masing dengan: Laa haula wa laa quwwata illa billaah, sebagaimana dalam hadits Umar bin Khattab radhiyallahu'an
• Keumuman hadits tersebut juga mencakup jawaban terhadap, "Qod qoomatis sholaah", maka dijawab dengan ucapan yang semisal.
• Adapun jawaban dengan lafaz, "Aqoomaha wa adaamaha", tidak disyari'atkan karena haditsnya dha'if (lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daaimah, 5/78 no. 19327, 6/92-93 no. 2801)
4. Tidak ada hadits shohih yang menerangkan adanya lafaz khusus untuk doa setelah iqomah, selain shalawat sebagaimana dalam hadits Abdullah bin 'Amr radhiyallahu'an
5. Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-Albani rahimahullah memperingatkan lima lafaz do’a ketika mendengar adzan yang dha’if:
• Pertama: Tambahan dalam riwayat Al-Baihaqi:
[إنك لا تخلف الميعاد]
Innaka laa tukhliful mii’aad. Tambahan yang dha’if ini juga disebutkan dalam kitab Hisnul Muslim.
• Kedua: Juga tambahan dalam riwayat Al-Baihaqi:
[اللهم إنى أسألك بحق هذه الدعوة]
Allahumma inni as-aluka bi haqqi haadzihid da’wah.
• Ketiga: Tambahan pada salah satu cetakan kitab Syarhul Ma’ani:
[سيدنا محمد]
Sayyidina Muhammad.
• Keempat: Tambahan dalam riwayat Ibnus Suni:
[والدرجة الرفيعة]
Wad-darojatar rofi’ah.
• Kelima: Tambahan dalam riwayat Ar-Rafi’i pada Al-Muharror:
[يا أرحم الراحمي]
Yaa Arhaamar Raahimin.
Kelima lafazh do’a ini adalah tambahan-tambah
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Sumber: http://
Tidak ada komentar:
Posting Komentar