TIGA SIFAT YANG DICINTAI الله تعالي & PENJELASAN BEBERAPA FAIDAH PENTING TERKAIT KEIMANAN TERHADAP SIFAT-SIFAT الله تعالي
بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya الله mencintai seorang hamba yang bertakwa, merasa cukup dan tersembunyi.” [HR. Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqqosh radhiyallahu’anhu]
Beberapa Pelajaran:
- - - - - - 〜✽〜 - - - - - -
- 1 ▪ Dalam hadits yang mulia ini terdapat tiga sifat yang dicintai الله تعالي , yang pertama adalah ketakwaan, yaitu senantiasa mengamalkan perintah الله dan menjauhi larangan-Nya, dan ini adalah dasar semua sifat yang الله cintai
- 2 ▪ Sifat kedua dalam hadits ini yang الله cintai adalah merasa cukup, yaitu sifat qona’ah, kekayaan hati, menerima dan ridho dengan pembagian الله تعالي
- 3 ▪ Sifat ketiga dalam hadits ini yang الله cintai adalah tersembunyi, maknanya adalah memfokuskan diri untuk beribadah kepada الله تعالي dan menyibukkan diri dengan urusannya sendiri, dan sifat ini lebih terpuji lagi ketika terjadi fitnah (kekacauan, keributan) di tengah-tengah manusia (lihat Syarhu Muslim lin Nawawi, 18/100-101)
- 4 ▪ Peringatan untuk menjauhi fitnah-fitnah dan menyerahkan urusannya kepada yang berhak mengurusnya, dan bahwa sifat ingin tampil dan menonojolkan diri sangat tercela, terutama ketika terjadi fitnah-fitnah.
- 5 ▪ Penetapan sifat cinta bagi الله تعالي yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, yang tidak sama dengan sifat makhluk.
Beberapa Faidah Tentang Keimanan Terhadap Sifat-sifat الله تعالي :
[Faidah Pertama] Dua Perkara dalam Menetapkan Sifat bagi الله تعالي :
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam menetapkan sifat-sifat الله تعالي , yaitu beredar pada dua perkara:
- Pertama: Menetapkan yang telah الله tetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
- Kedua : Menafikan adanya penyerupaan antara sifat-sifat makhluk dan sifat-sifat الله تعالي
Adapun Ahlul bid’ah hanya mengambil satu sisi saja, sehingga muncul dua titik ekstrem:
Pertama: Golongan yang tidak mau menetapkan sifat الله dengan alasan takut menyerupakan الله dengan makhluk, menurut mereka makhluk juga mencintai, mendengar, melihat, memiliki tangan, memiliki wajah dan lain-lain, apabila sifat-sifat ini ditetapkan bagi الله maka konsekuensinya kata mereka berarti kita telah menyamakan الله dengan makhluk
Jawaban untuk mereka dari dua sisi;
- 1. Antara makhluk pun memiliki sifat-sifat dengan nama yang sama, contohnya manusia memiliki kaki dan hewan juga memiliki anggota tubuh yang disebut kaki, namun ternyata itu tidak berkonsekuensi menyamakan antara manusia dan hewan, apatah lagi antara makhluk dan Penciptanya
- 2. الله تعالي telah menyatakan dalam Al-Qur’an, “Tidak ada yang serupa dengan-Nya.” Apabila mereka menolak penetapan sifat-sifat bagi الله تعالي yang telah Dia tetapkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, dengan dalih akan terjadi penyerupaan maka kalau begitu telah terjadi pertentangan di dalam kitab الله , dan itu tidak mungkin, yang bertentangan adalah akal dan pemahaman mereka yang salah.
Kedua: Golongan yang menyamakan الله dengan makhluk, dengan alasan bahwa tidaklah الله menyebut sifat-sifat tersebut kecuali maknanya sesuai dengan apa yang dipahami manusia, maka apabila الله menyebut “mencintai” berarti sama dengan mencintainya makhluk, demikian kata mereka.
Jawaban untuk mereka juga dari dua sisi:
- 1. الله تعالي menyebutkan kepada manusia dengan bahasa yang mereka pahami adalah dari sisi pokok maknanya, adapun bagaimana bentuknya maka الله tidak menyebutkannya kepada kita, contohnya الله menyebutkan bahwa الله mendengar, maka dipahami bahwa mendengar adalah menangkap suara, mendengar berbeda dengan melihat, ini dari sisi pokok maknanya, adapun bagaimana caranya الله mendengar, maka ini tidak kita ketahui, kita yakini saja bahwa sifat mendengarnya الله sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, tidak munkin sama dengan sifat makhluk
- 2. Menyamakan الله dengan makhluk adalah perkara yang telah ditolak oleh syari’at dan akal yang sehat, bagaimana mungkin makhluk yang penuh dengan kelemahan, kehinaan dan terkadang banyak dosa, disamakan dengan الله yang Maha Besar, Maha Kuat lagi Maha Suci.
Perhatikanlah kedua golongan ini memiliki tujuan baik, yang pertama karena ingin menyucikan الله dari penyerupaan, yang kedua karena ingin memahami ucapan الله sebagaimana mestinya, namun tatkala mereka menempuh cara yang salah dalam memahami maka mereka terjerumus dalam penyimpangan, jadi niat yang baik saja belum cukup untuk dapat menempuh jalan yang lurus, harus disertai dengan usaha meneladani Rasulullah ﷺ dan para sahabat radhiyallaahu’anhum ajma’in.[Faidah Keempat] Golongan yang Pertama Sebetulnya telah Menjadi Golongan yang Kedua sebelum Akhirnya Kembali kepada yang Pertama:
Golongan pertama, yang menafikan sifat-sifat الله karena khawatir menyerupakan الله dengan makhluk pada hakikatnya mereka telah menyerupakan الله dalam benak mereka sebelum mereka menafikan sifat tersebut, contohnya ketika mereka menolak sifat istiwa bagi الله di atas ‘arsy, dalam benak mereka terbayang الله seperti makhluk, sehingga kalau ditetapkan الله di atas ‘arsy berarti الله membutuhkan ‘arsy, kalau begitu harus dinafikan sifat istiwa dari الله تعالي , inilah yang terjadi pada mereka.
Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa الله تعالي istiwa di atas ‘arsy dengan cara yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, dan tidak sama dengan makhluk, dan Dia tidak membutuhkan ‘asry bahkan ‘asry yang butuh kepada-Nya. Inilah jalan selamat dalam keimanan terhadap nama-nama dan sifat-sifat الله تعالي ●
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
✏ Sofyan Chalid bin Idham Ruray
═══ - - - - - - -✽- - - - - - - ═══
Tidak ada komentar:
Posting Komentar