Minggu, 19 Januari 2014

I B A D A H

●════════════●
بِسْــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●════════════●
Ibadah harus meneladani beliau Rasulullah ﷺ , tidak boleh mengada-ada dalam agama.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَد

“Barangsiapa yang mengada-ngadakan perkara baru dalam agama kami ini apa-apa yang bukan daripadanya maka ia tertolak.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

Dalam riwayat Muslim,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهْوَ رَد

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]

Rasulullah juga bersabda,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Ammaa ba’du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (shallallahu’alaihi wa sallam) dan seburuk-buruk urusan adalah perkara baru (dalam agama) dan semua perkara baru (dalam agama) itu sesat.” [HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma].





بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●════════════════●

Sungguh syari'at Islam adalah syari'at yang sempurna dari zaman Nabi Muhammad ﷺ hingga saat ini, tidak ada satupun ajaran Nabi ﷺ yang dapat memasukkan seorang hamba ke Surga dan menjauhkan seorang hamba dari Neraka melainkan telah beliau ﷺ sampaikan.

Allah Subhanahu wa Ta'aala berfirman :
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridha'i Islam sebagai agamamu." (QS. Al-Maa'idah [5] : 3)

'Abdullah bin 'Abbas radhiyallaahu ta'aala 'anhuma menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan,
"Itu adalah agama Islam. Allah mengabarkan kepada Nabi Muhammad ﷺ dan orang-orang beriman bahwa Allah 'Azza wa Jalla telah menyempurnakan iman mereka. Oleh karena itu, mereka tidak membutuhkan tambahan lagi (di dalam ibadah) untuk selamanya. Allah Subhanahu wa Ta'aala juga telah menyempurnakannya, maka Dia tidak akan menguranginya untuk selamanya. Allah Rabbul 'Izzati wal Jalalah telah ridha dengan agama ini (Islam), maka Dia tidak akan membencinya untuk selama-lamanya."  (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam Jami' Al-Bayan 'An Takwil Ayi Al-Qur-an, IX/510, no. 285)

Dari Abu Dzarr radhiyallaahu ta'aala 'anhu, ia berkata,
Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda,
"Tidak tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka, kecuali telah dijelaskan semuanya kepada kalian." (Shahiih, HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabiir, II/155 - 156, no. 1647, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 1803)

Nabiyallaah Muhammad ﷺ bersabda,
"Aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan terang benderang, malamnya bagaikan siang, tidaklah ada orang yang menyimpang darinya melainkan orang yang binasa." (Shahiih, HR. Ahmad, IV/126, Ibnu Majah, no. 5, Ibnu Abi 'Ashim, no. 44, 47, 48, 49)

Beliau ﷺ bersabda,
"Sungguh, aku telah tinggalkan kalian di atas (agama) yang putih bersih, malamnya seperti siangnya, tidak ada yang menyimpang darinya sepeninggalku kecuali akan binasa. Sungguh siapa yang hidup di antara kalian (setelah aku wafat) maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka hendaklah kalian berpegang dengan apa yang kalian ketahui dari Sunnahku dan Sunnah Khulafa-ur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah ia dengan gigi geraham kalian."
(Shahiih, HR. Ahmad, IV/127, Ibnu Majah, no. 43, al-Hakim, I/96, dan al-Baihaqi dalam al-Madkhal, no. 51, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 937)

Oleh karena itu jika ada suatu ibadah yang dinilai baik oleh sebagian manusia dan dapat bernilai pahala jika melakukannya namun tidak pernah dilakukan dan dicontohkan Rasulullah Muhammad ﷺ, maka ia telah menuduh Rasulullah ﷺ mengkhianati risalah kenabian yaitu menyampaikan kebenaran dan kebaikan kepada ummatnya karena ada "kebaikan" yang tertinggal setelah Islam ini sempurna, atau menuduh Rasulullah Muhammad ﷺ "lupa" dengan kebaikan tersebut...

Imam Malik rahimahullaahu ta'aala pernah berkata,
"Barangsiapa yang melakukan suatu bid'ah dalam Islam yang dia menganggap baik bid'ah tersebut, maka sungguh ia telah menuduh bahwa Muhammad ﷺ telah mengkhianati risalah ini. Sebab Allah Subhanahu Ta'aala berfirman :
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridha'i Islam sebagai agamamu."  (QS. Al-Ma'idaah [5] : 3)

"Oleh sebab itu apa saja yang bukan merupakan agama pada hari itu (yaitu pada zaman Rasulullah dan para sahabatnya), maka ia bukan termasuk agama pula pada hari ini." (Al-I'tisham, I/64)

Imam Asy-Syafi'iy rahimahullaahu ta'aala berkata,
"Barangsiapa menganggap baik sesuatu (ibadah), maka ia telah membuat syari'at (agama) baru." (Al-Baa'its 'ala Inkaaril Bida' wal Hawaadits, hal. 50)

Karenanya syari'at Islam tidak butuh kepada ibadah yang diada-adakan (bid'ah), sebab jika suatu ibadah tidak memenuhi syarat, ia tidak diterima Allah Jalla Jalaaluh.
Sedangkan para 'ulamaa menjelaskan syarat diterimanya ibadah atau amal shalih karena dua sebab, yakni :
  • 1. Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'aala.
  • 2. Ittiba' mencontoh Nabiyallaah Muhammad ﷺ.

Jika salah satunya tidak dipenuhi, maka amalnya tidak bernilai shalih dan perbuatan tersebut akan tertolak, hal ini ditunjukkan dalam firman-Nya :
"Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya." (QS. Al-Kahfi [18] : 110)

Rasulullah ﷺ juga bersabda,
"Barangsiapa yang mengada-adakan hal yang baru (bid'ah) di dalam urusan agama kami ini yang tidak ada contoh sebelumnya maka amalan tersebut tertolak."
(Muttafaqun 'alaihi. Al-Bukhari dalam Shahiih-nya, Kitab ash-Shulhi, Bab Idzash Thalahuu 'ala Shulhi Jaurin, no. 2697, Muslim dalam Shahiih-nya, Kitab al-Aqdhiyah, Bab Naqdhi al-Ahkam al-Bathilah, no. 1718 [17, 18], Ahmad dalam Musnad-nya, VI/73, 146, 180, 240, 256, 270, Abu Dawud dalam Sunan-nya, Kitab as-Sunnah, Bab Fii Luzumis Sunnah, no. 4606, dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya, Bab Ittiba'i Sunnati Rasulillah, no. 14)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahiih-nya disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
"Barangsiapa melakukan suatu amalan, yang tidak ada contoh sebelumnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak."  (Shahiih, HR. Muslim, no. 1718 [17, 18])

Dalam ayat di atas, Allaah 'Azza wa Jalla memerintahkan agar menjadikan amal itu bernilai shalih, yaitu sesuai dengan Sunnah Rasulullah ﷺ, kemudian Dia memerintahkan agar orang yang mengerjakan amal shalih itu mengikhlaskan niatnya karena Allaah Tabaraka wa Ta'ala semata, tidak menghendaki selain-Nya.

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullaahu ta'ala berkata dalam menafsirkan ayat di atas,
"Inilah 2 (dua) landasan amalan yang diterima :
  • 1. Ikhlas karena Allaah Subhanahu wa Ta'aala.
  • 2. Sesuai dengan Sunnah Rasulullah Muhammad ﷺ." (Tafsiir Ibnu Katsir, V/205)

Karena sungguh mustahil, tidak mungkin seseorang beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla dengan sesuatu yang tidak disyari'atkan Allah dan Rasul-Nya Muhammad ﷺ.

Allah Subhanahu wa Ta'aala berfirman :
"Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan (diridha'i) Allah?"  (QS. Asy-Syuura [42] : 21)

Al-'Allamah Al-Faqh Asy-Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullaahu ta'aala menafsirkan ayat di atas berkata,
"'Mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah."
Artinya melakukan perbuatan syirik dan bid'ah serta mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah, atau yang sejenisnya sesuai dengan hawa nafsu mereka. Padahal ajaran agama itu hanyalah apa-apa yang disyari'atkan Allah 'Azza wa Jalla semata, sebagai acuan hamba untuk beragama dan mendekatkan diri kepada-Nya. Jadi, setiap orang harus dicegah untuk membuat suatu ajaran yang tidak disyari'atkan oleh Allaah maupun Rasul-Nya Muhammad ﷺ."  (Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, VI/609)

Allaahul Muwwafiq.
- - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - -








ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
●══════════════●
Rasulullah Bersabda:

“ Apabila cucu Adam meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga;
  • ➡ Sedekah jariyah,
  • ➡ ilmu yang dimanfa’atkan atau
  • ➡ Anak shalih yang mendo’akan (orang tua)nya .” (HR. Muslim)
Rasulullah ﷺ Bersabda ;

ﺍﻣﺴﻚ ﻋﻠﻴﻚ ﻟﺴﺎﻧﻚ ﻭﻟﻴﺴﻌﻚ ﺑﻴﺘﻚ ﻭﺍﺑﻚ ﻋﻠﻰ ﺧﻄﻲﺀﺗﻚ

“Jagalah lisanmu, tetaplah berada di rumahmu (jangan banyak keluar rumah), dan menangislah karena dosa-dosamu.”(H.R. Tirmidzi; dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no.890)




ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
●══════════════●
Syaikh bin Baaz rahimahullah berkata:

ﺃﻧﺖ ﻓﻲ ﺣﺎﺟﺔ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻬﺪﺍﻳﺔ ﻭﻟﻮ ﻛﻨﺖ ﺃﺗﻘﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻟﻮﻛﻨﺖ ﺃﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻧﺖ ﻓﻲ ﺣﺎﺟﺔ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻬﺪﺍﻳﺔﺣﺘﻰﺗﻤﻮﺕ "

"Engkau membutuhkan hidayah meskipun engkau adalah orang yang paling bertakwa dan meskipun engkau adalah orang yang paling berilmu. Engkau membutuhkan hidayah hingga engkau mati." (Al-Fataawa, 7/163)




بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●════════════════●


 Sholat adalah Perjanjian,
Meninggalkannya adalah Kekafiran:

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ﺍﻟﻌﻬﺪ ﺍﻟﺬﻱ ﺑﻴﻨﻨﺎ ﻭﺑﻴﻨﻬﻢ ﺍﻟﺼﻼﺓ، ﻓﻤﻦ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﻓﻘﺪ ﻛﻔﺮ

“Perjanjian antara kami dengan mereka adalah sholat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” [HR. At-Tirmidzi dari Buraidah bin Al-Hushaib radhiyallaahu'anhu, Al-Misykah: 574]





بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم 
●════════════════●
RENUNGAN SEJENAK

Butiran padi bila tidak berisi maka ia akan tegak, terangkat ke atas.
Berbeda kalau butiran tersebut berisi, maka ia semakin merunduk.
Demikianlah perumpamaan manusia, semakin kosong isinya semakin congkak dan sombong dan bertambah pula kehinaannya.
Dan sebaliknya apabila ia berisi, ia akan semakin merendahkan diri dan tampak kewibawaan dan kebesaran hatinya.
Barangsiapa merendahkan dirinya karena Allah maka Allah akan meninggikan derajatnya.
بارك الله فيكم




بِسْـــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●════════════●
WAHAI SAUDARAKU...
KENAPA KALIAN TERLALAIKAN & TIDAK FOKUS DENGAN ILMU YANG ADA DIHADAPAN KALIAN.

Ketahuilah wahai saudaraku..., sesungguhnya ilmu itu tidaklah didapatkan dengan badan yang santai dan penuh dengan keterlenaan, akan tetapi ilmu itu didapatkan dengan penuh persiapan dan mujahadah. 

Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman:

 إن في ذلك لذكرى لمن كان له قلب أو ألقى السمع وهو شهيد

"Sesungguhnya pada hal tersebut benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang memiliki hati atau memasang pendengarannya dalam kondisi ia menyaksikan"

Seorang penuntut ilmu itu butuh memfokuskan hatinya, memasang pendengarannya, dan memperhatikan dengan seksama ilmu yang disampaikan kepadanya, dan bukan menyibukkan hatimu dengan perkara lain, mengalihkan pandanganmu kepada perkara lain, mendengarkan celaan dan olok-olokan mereka, dan ilmu itu butuh untuk diperhatikan dan bukan memperhatikan syubhat-syubhat mereka.

Wahai saudaraku...,
ilmu itu butuh kesungguhan dan perjuangan. 

Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman:

 والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dijalan kami maka sungguh kami akan memberikannya hidayah kepada jalan Kami tersebut"
Lalu kenapa kalian mengerahkan usaha kalian untuk berbantah-bantahan dalam posisi para ulama sudah dihadapan kalian wahai saudaraku...!!!
 Sungguh hati ini gundah, dan mata ini berlinang tatkala dihari pertama majelis ilmu dibuka kalian masih sibuk melayani dan meladeni orang-orang yang tak perlu digubris dan diperhatikan ocehannya.

Tidaklah kalian ingat bahwa Nabi kalian -shalallahu 'alaihi wa sallam- juga dikatakan gila, dukun, tukang sihir dst??? Apakah kalian pernah mendengar bahwa Nabi kalian -shalallahu 'alaihi wa sallam- menghabiskan waktunya untuk membahas hal tersebut?? 
Tidakkah kalian melihat ketika Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- terkapar ditanah seperti seorang yang berpenyakit ayan jatuh ketanah, lalu setiap orang yang lewat mengatakan kepadanya gila!! 
Dan waktu itu Abu Hurairah cukup mengatakan: 
"Demi Allah!! Saya bukanlah orang gila, tapi saya sedang kelaparan".

Dan hal tersebut tidak mengurangi kemuliaan Abu Hurairah sama sekali tatkala hal tersebut memang tidak ada padanya.

Wahai saudaraku...,
didepan kalian ada orang tua, didepan kalian ada ulama, didepan kalian ada majelis ilmu, lalu kenapa kalian terfitnah dengan cemohan orang lain.

Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman:

 وجعلنا بعضكم لبعض فتنة أتصبرون

"Dan Kami menjadikan sebagian kalian dari sebagiannya sebagai fitnah, maka apakah kalian mau bersabar"

Sabar dan sabarkanlah diri kalian wahai saudaraku..., apakah hanya gunjingan, celaan dan olok-olokan sehingga kalian terpalingkan dari ilmu?? Kemana akal kalian...!!?? Kemana fikih kalian...!!?? Kemana pikiran kalian...!!?? 

Demi Allah...!! Inilah fitnah..., Demi Allah...!!? Inilah fitnah yang sebenar-benarnya fitnah..., yaitu tatkala kalian terpalingkan dari ilmu dan mengalihkan perhatian kalian kepada orang-orang yang mengolok-olok kalian.
 Wallahul Musta'an Wa Ilallahil Musytaka.

✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒
✏ Saudara kalian;
Fauzan Abu Muhammad Al Kutawy
✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒✒





  ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ 
●═══════════●
Dalam Shahih Bukhari:
Dari [Abu Hurairah radliallahu'anhu] dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada tujuh (golongan orang beriman) yg akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah di bawah naungan_Nya (pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali Naungan_Nya. Yaitu;
  • 1. Pemimpin yg adil,
  • 2. seorang pemuda yg menyibukkan dirinya dgn 'ibadah kepada Rabbnya.
  • 3. Seorang laki-laki yg hatinya terpaut dgn masjid,
  • 4. dua orang laki-laki yg saling mencintai krn Allah, keduanya bertemu krn Allah & berpisah krn Allah
  • 5. seorang laki-laki yg diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah",
  • 6. seorang yang bersedekah dgn menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya, dan
  • 7. seorang laki-laki yg berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis".
Semoga Bermanfaat.




 بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●═══════════════●
Rasulullah Pernah Bersabda Kepada Sahabatnya:

ﺃﻻَ ﺃَﺩُﻟُّﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻛَﻠِﻤَﺔٍ ﻫِﻲَ ﻛَﻨْﺰٌ ﻣِﻦْ ﻛُﻨُﻮْﺯِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ؟ ﻻَ ﺣَﻮْﻻَ ﻭَﻻَﻗُﻮَّﺓَ ﺇﻻَّ ﺑﺎِﻟﻠﻪِ

Tidakkah engkau ingin aku tunjukkan satu kalimat, yang ia merupakan harta dari harta karun surgawi? (dialah kalimat) ‘Laa haula walaa quwwata illaa billaah’”. [Shahih Bukhari: 4205, 6384, Shahih Muslim: 2704]

Di antaranya juga adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda:

“ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﺭَﺟُﻞٌ ﻳَﻘُــﻮْﻝُ ﻻَ ﺇﻟَﻪَ ﺇﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﺃﻛْﺒَﺮُﻭَﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﺤَـﻤْﺪُ ﻟِﻠّـﻪِ ﻭَﻻَ ﺣَﻮْﻻَ ﻭَﻻَ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇﻻَّ ﺑﺎِﻟﻠﻪِ، ﺇﻻَّﻛُﻔِّﺮَﺕْ ﻋَﻨْﻪُ ﺫُﻧُﻮْﺑُﻪُ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻦْ ﺯَﺑْﺪِ ﺍﻟْﺒَﺤْﺮِ

Tidaklah ada seseorang di atas bumi yang mengucapkan; (yang artinya: Tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan Allah Mahabesar, Mahasuci Allah, segala pujian bagi Allah, dan tiada daya kekuatan melainkan dengan daya kekuatan Allah), kecuali pasti Allah akan menghapus dosa-dosanya sekalipun dosa tersebut lebih banyak dari buih di lautan”. [HR. Tirmidzi dan al-Hakim, Shahiihul Jaami’: 5636]

Mari saudaraku seiman, jangan hanya sibuk mencari harta karun dunia, tapi lalai dari mengumpulkan harta akhirat. Jadikan kalimat ini sebagai dzikir lisan kita sehari-hari tanpa membatasi jumlah dan waktunya, karena Rosul ﷺ tidak pernah membatasi tempat dan jumlahnya bilangannya..
Semoga Bermanfaat...




بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
Larangan Berlebihan Memuji Nabi

Dari Umar bin Al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻟَﺎ ﺗُﻄْﺮُﻭْﻧِﻲ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﻃْﺮَﺕِ ﺍﻟﻨَﺼَﺎﺭَﻯ ﻋِﻴْﺴَﻰ ﺑْﻦَ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻓَﻘُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ

“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nashara telah melampaui batas dalam memuji Isa bin Maryam.
Sesungguhnya saya hanyalah seorang hamba-Nya maka katakanlah, ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya.’.”[Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry].




 بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
●══════════════●
TADABBUR  AL_QUR'AN (01)

Sekaranglah saatnya bagi kita untuk segera kembali kepada-Nya
Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman:

 أَلَمْ يَأْنِ لِلّذِيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّه ِوَمَا نَزَل َمِن َالْحَقّ وَلَا يَكُوْنُ كَالّذِيْنَ أُوْتُوا الكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِم ُالأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَكَثِيْر مِنْهُمْ فاسِقُوْنَ (الحديد؛ ١٦)

"Belumkah tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka untuk segera mengingat Allah dan terhadap apa yang diturunkan berupa kebenaran !!! ? Dan janganlah mereka menjadi seperti orang-orang yang diberikan kepada mereka kitab dan melalui waktu yang demikian panjang, maka akhirnya hati-hati merekapun dikeraskan, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik".  QS. Al Hadid (16).

Al-Ustadz Fauzan al-Kutawy
WA Silsilah Durus.
______________________________





 ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
●═══════════●
Ciri-ciri Utama Pengikut Rasulullah dan Para Sahabatnya.

1. Berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dlm segala perkara, khususnya ketika terjadi perbedaan pendapat..
Allah berfirman : “Maka jika kalian berbeda pendapat dalam satu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir” ( QS.An Nisa : 59 )

2. Memahami Al Quran dan As Sunnah dengan pemahaman para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik, dan tidak dipahami sesuai dengan akal, perasaan, hawa nafsu, maupun tokoh tertentu.. 
Allah berfirman :“Generasi pertama shahabat muhajirin dan anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah meridloi mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah siapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya itulah keberuntungan yang besar” ( QS. At_Taubah : 100 )

3. Tetap istiqomah di atas kebenaran Al Quran dan As Sunnah walaupun dihina dan dijauhi oleh kebanyakan manusia..
Rasulullah bersabda :“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang terang-terangan di atas kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka sampai datang perintah Allah (angin dingin yang mencabut nyawa setiap orangyang memiliki keimanan menjelang kiamat)” ( HR. Imam Muslim )

4. Tidak taqlid kepada madzhab, golongan, kelompok, atau tokohtertentu, tetapi melihat dalil yang dipakai. Bila sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah, diterima. Bila tidak, maka ditolak siapapun yang mengucapkan_nya..
Imam Malik Rahimahullah berkata :“Setiap orang bisa diambil ucapannya dan bisa ditolak kecuali Nabi ” ( Minhaj Al Firqoh An Najiyah : 10 )

5. Tidak pilih-pilih syariat, semua perintah Allah dan Rasul-Nya dilaksanakan semampunya, dan semua larangan ditinggalkan tanpa terkecuali..
Allah berfirman :“Apa saja yang dibawa oleh Rasul untuk kalian maka ambillah dan apa saja yang dilarang maka tinggalkanlah” ( QS. Al Hasyr :7 )

6. Hanya menggunakan hadits–hadits shahih, minimal hasan. Dan tidak menggunakan hadits – hadits dloif (lemah) dan maudlu’ ( palsu ), karena yang dloif ( lemah ) dan maudlu’ ( palsu ) itu merupakan bentuk berdusta atas nama Rasulullah..
Beliau bersabda :“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah menempati tempat duduknya dineraka” ( HR.Imam Muslim dan lainnya )

7. Menegakkan seluruh jenis tauhid dan memberantas segala jenis syirik, karena ini adalah inti dakwah para Nabi dan Rasul.
Allah berfirman :“Sungguh kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul untuk menyeru ( kepada umatnya ) beribadahlah hanya kepada Allah (tauhid) dan jauhilah sesembahan selain Allah (syirik)( QS. An Nahl : 36 )

8. Menegakkan Sunnah ( ajaran Rasulullah ) dan memberantas kebid’ahan..
Rasulullah bersabda :“Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur-rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku, gigitlah dengan gigi geraham ( pegang erat-erat dan jauhilah perkara-perkara baru yang tidak diajarkan agama, karena hal itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat )” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dishohihkan syaikh Al Albanidalam Shohihul Jami’ )

9. Mendidik generasi umat dengan pendidikan yang sesuai dengan pendidikan Rasulullah dan para shahabatnya..

10. Giat menuntut ilmu syariat. Karena mereka yakin dengan ilmu ini dapat mengetahui dan mencontoh seluruh ajaran Rasulullah secra terperinci..
Wallahu A'lam.
Semoga Bermanfaat..
________________________




 بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●════════════════●
Nabi Tidak Menjawab Pertanyaan Bila Tidak Tahu.

Salah satu sisi tanggung jawab akademis seorang guru (atau siapapun), tidak boleh berbicara pada masalah yang sama sekali buta tentangnya.  Akibat buruk akan muncul di kemudian hari.  Ia bisa menyesatkan, kalau materi itu berkaitan dengan agama, lantaran kekeliruan dalam menjawab.   Dampak lainnya, ketika nantinya "boroknya" tersingkap, maka kepercayaan orang kepadanya akan terkikis, dusta akan disematkan padanya meski berkata jujur, dan ilmu akan sirna. Sebuah akibat buruk yang muncul dari kedustaan.[1]

Ada fenomena memprihatinkan, tatkala dijumpai orang-orang yang begitu berani "berfatwa" untuk menjawab berbagai persoalan agama.   Padahal, latar belakangnya sama sekali tidak mendukung dan tidak memiliki kapabilitas.  Bukan berarti Islam hanya monopoli para ulama saja, tetapi pada masing-masing bidang ada pakarnya.

Nabi Kita Muhammad  Adalah Sosok Termulia & Paling Tahu Tentang ISLAM

Meski demikian, ketika beliau mendapatkan pertanyaan yang belum diketahui jawabannya, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam diam, atau meresponnya dengan mengatakan : La adri (aku tidak tahu). Imam al Bukhari rahimahullah dan Muslim rahimahullah meriwayatkan :

 ﻋَﻦْ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺪِﺭِ ﺳَﻤِﻊَ ﺟَﺎﺑِﺮَ ﺑْﻦَ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻣَﺮِﺿْﺖُ ﻓَﻌَﺎﺩَﻧِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﻭَﻫُﻤَﺎ ﻣَﺎﺷِﻴَﺎﻥِ ﻓَﺄَﺗَﺎﻧِﻲ ﻭَﻗَﺪْ ﺃُﻏْﻤِﻲَ ﻋَﻠَﻲَّ ﻓَﺘَﻮَﺿَّﺄَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﺼَﺐَّ ﻋَﻠَﻲَّ ﻭَﺿُﻮﺀَﻩُ ﻓَﺄَﻓَﻘْﺖ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﻴْﻒَ ﺃَﺻْﻨَﻊُ ﻓِﻲ ﻣَﺎﻟِﻲ ﻛَﻴْﻒَ ﺃَﻗْﻀِﻲ ﻓِﻲ ﻣَﺎﻟِﻴﻔَﻠَﻢْ ﻳُﺠِﺒْﻨِﻲ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻧَﺰَﻟَﺖْ ﺁﻳَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮَﺍﺭِﻳﺚِ 

Dari Muhammad bin al Munkadir, ia mendengar Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhuma bercerita : “Aku pernah sakit.  Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Abu Bakar Radhiyallahu anhu menjengukku dengan berjalan kaki.   Beliau mendatangiku saat aku pingsan.  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil air wudhu dan memercikkan air wudhunya kepadaku sehingga aku siuman".
Aku bertanya : “Wahai, Rasulullah.  Bagaimana cara aku menangani urusan hartaku?
Apa yang harus aku lakukan terhadap hartaku?”
"Beliau tidak menjawab dengan sesuatu pun, sampai akhirnya turun ayat tentang pembagian warisan”.
[Muttafaqun ‘alaih. Shahihu al Bukhari, kitab al I’tisham bi al Kitab wa as Sunnah, no. 7309; Shahih Muslim, kitab al Faraidh, bab Miratsi al Kalalah, no.7].

Imam al Bukhari menempatkan hadits ini pada bab : (artinya) Nabi, (bila) ditanya tentang sesuatu yang belum turun wahyu padanya, beliau mengatakan "aku tidak tahu", atau tidak menjawab, sampai turunnya wahyu; tidak berkata berdasarkan ra`yu atau qiyas merujuk firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu”[2]. [Lihat Fathul Bari 13/290].

Sikap semacam ini diikuti oleh para sahabat dan para ulama generasi berikutnya. Tidak mau menjawab, dan atau melemparkan pertanyaan itu kepada orang lain dalam masalah- masalah yang memang belum mereka ketahui duduk persoalannya atau hukumnya. Karena memang, tidak ada orang yang menguasai seluruh ilmu.

Contoh untuk masa sekarang, Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad hafizhahullah.   Seorang yang 'alim dalam bidang hadits. Dalam taklim yang diselenggarakan pada malam hari di Masjid Nabawi, tidak jarang beliau mengatakan "la adri" (aku tidak tahu) di depan hadirin, pada masalah yang ditanyakan kepada beliau.  Demikian ini merupakan sikap ksatria, sebagai wujud pengakuan betapa dangkalnya ilmu manusia, dan betapa luasnya ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala al ‘Alimu al Khabir. Seseorang yang bukan ahli di dalam satu bidang, ia harus legawa, tidak memasuki wilayah yang bukan bidangnya secara mendalam.  Utamanya dalam masalah agama. Begitu pula, orang yang ilmu agamanya masih setengah-setengah, tidak boleh "nekad" memposisikan diri sebagai mufti dan berfatwa menuntaskan persoalan hukum-hukum syariat yang disodorkan masyarakat.

Hukum Yang Keluar Dari Mulut Kita Tanpa Landasan ilmu Dari Allah dan RasulNya, Merupakan KEDUSTAAN atas nama Allah dan RasulNya.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun X/1427H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl9 Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______ 

Footnote
[1]. Lihat penjelasan ini pada Hilyah Thalibi al ‘Ilmi, Syaikh Bakr Abu Zaid. Hlm. 62
[2]. An Nisa : 104.
Semoga Bermanfaat.
_______________________




بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم 
●═══════════════●
INDAHNYA BERADA DI MAJELIS ILMU

✒Dari Abu Hurairah-radhiyallahu 'anhu-berkata: Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam-bersabda:

 ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة، وما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم إلا حفتهم الملائكة ونزلت عليهم السكينة وغشيتهم الرحمة وذكرهم الله فيمن عنده 

"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu padanya, maka Allah Akan memudahkan jalannya menuju surga, & tidaklah suatu kaum berkumpul dirumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah & saling mempelajarinya diantara mereka kecuali para malaikat akan menaungi mereka & akan turun ketenangan pada mereka & mereka akan diliputi oleh rahmat serta Allah akan menyebut-nyebut mereka disisi (para malaikat)-Nya". 
______________________
{ HR.Muslim (2699) }
●═══════════════●




 بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
HILANGNYA ISLAM

Hilangnya ISLAM itu berasal dari 4 sebab:
  • 1. Mereka tidak menerapkan ilmu Agama yg mereka ketahui.
  • 2. Mereka melakukan amalan yang tidak mereka katahui.
  • 3. Mereka tidak mempelajari ilmu agama yg tidak mereka ketahui.
  • 4. Dan Mereka menghalangi orang-orang mempelajari ilmu agama.
[Dikatakan oleh: Muhammad bin Fadhl al-Fadhli -rohimahulloh-. Lihat: Kitab Ali'tishom, karya: Asy Syathibi 1/128].  




بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●════════════════●
Dzikir Pagi yang Penuh Manfaat
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, adalah Nabi ﷺ mengucapkan selepas shalat Subuh,

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲْ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻧَﺎﻓِﻌًﺎ، ﻭَﺭِﺯْﻗًﺎ ﻃَﻴِّﺒًﺎ، ﻭَﻋَﻤَﻼً ﻣُﺘَﻘَﺒَّﻼً

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima.”
[Diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasâ`iydalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, Ibnu Majah, danselainnya. Dihasankan oleh Ibnu Hajar karenapendukungnya dalam Takhrij Al-Adzkâr.]





ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ 
●══════════●
 JALAN GOLONGAN YANG SELAMAT
"GOLONGAN YANG SELAMAT"
Penulis : Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

1. Allah berfirman:

 ﻭَﺍﻋْﺘَﺼِﻤُﻮﺍ ﺑِﺤَﺒْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮﺍ 

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai- berai." (Ali Imran: 103)

 ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ , ﻣِﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻓَﺮَّﻗُﻮﺍ ﺩِﻳﻨَﻬُﻢْ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺷِﻴَﻌًﺎ ﻛُﻞُّ ﺣِﺰْﺏٍ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺪَﻳْﻬِﻢْ ﻓَﺮِﺣُﻮﻥَ 

"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.  Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum: 31-32)

2. Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 ﺍﻭﺻﻴﻜﻢ ﺑﺘﻘﻮﻱ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻭﺍﻟﺴﻤﻊ ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ﻭﺇﻥ ﺗﺄ ﻣﺮ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻋﺒﺪ ﺣﺒﺸﻲ : ﻓﺎﻧﻪ ﻣﻦ ﻳﻌﺶ ﻣﻨﻜﻢ ﻓﺴﻴﺮﻱ ﺍﺧﺘﻼﻓﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ، ﻓﻌﻠﻴﻜﻢ ﺑﺴﻨﺘﻲ ﻭﺳﻨﺔ ﺍﻟﺨﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ﺍﻟﻤﻬﺪ ﻳﻴﻦ ﺗﻤﺴﻜﻮﺍﺑﻬﺎ ﻭﻋﻀﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺑﺎﻟﻨﻮﺍﺟﺬ، ﻭﺍﻳﺎﻛﻢ ﻭﻣﺤﺪﺛﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭ، ﻓﺎ ﺇﻥ ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ، )ﻭﻛﻞ ﺿﻼﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ) 

"Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta'at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi.  Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak.
Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa'ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk.
Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. Dan hati- hatilah terhadap setiap perkara yang di-ada-adakan, karena semua perkara yang diada- adakan itu ada-lah bid'ah, sedang setiap bid'ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka)." (HR. Nasa'i dan At- Tirmi-dzi, ia berkata hadits hasan shahih).

3. Dalam hadits yang lain Nabi ﷺ bersabda: 

ﺃﻻ ﻭﺇﻥ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻜﻢ ﻣﻦ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﺇﻓﺘﺮﻗﻮﺍ ﻋﻠﻲ ﺛﻨﺘﻴﻦﻭﺳﺒﻌﻴﻦ ﻣﻠﺔ ، ﻭﺇﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﻠﺔﺳﺘﻔﺘﺮﻕ ﻋﻠﻲ ﺛﻼﺙ ﻭﺳﺒﻌﻴﻦ : ﺛﻨﺘﺎﻥ ﻭﺳﺒﻌﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ،ﻭﻭﺍﺣﺪﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ، ﻭﻫﻲﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ

"Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan.
Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al- jama'ah." (HR. Ahmad dan yang lain.   Al-Hafidh menggolongkannya hadits hasan)

4. Dalam riwayat lain disebutkan: 

ﻛﻠﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﺇﻻ ﻣﻠﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ : ﻣﺎ ﺍﻧﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺍﺻﺤﺎﺑﻲ 

 "Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya." (HR. At-Tirmidzi, dan di- hasan-kan oleh Al- Albani dalam Shahihul Jami' 5219)

5. Ibnu Mas'ud meriwayatkan: 

ﺧﻂ ﻟﻨﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺧﻄﺎ ﺑﻴﺪﻩ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ﻫﺬﺍ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺴﺘﻘﻴﻤﺎ . ﻭﺧﻂ ﺧﻄﻮﻃﺎ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﻭﺷﻤﺎﻟﻪ، ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺴﺒﻞ، ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻬﺎ ﺳﺒﻴﻞ ﺇﻻ ﻋﻠﻴﻪ ﺷﻴﻄﺎﻥ ﻳﺪﻋﻮ ﺍﻟﻴﻪ، ﺛﻢ ﻗﺮﺃ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﻠﻲ : ﻭَﺃَﻥَّ ﻫَـﺬَﺍ ﺻِﺮَﺍﻃِﻲ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻴﻤﺎً ﻓَﺎﺗَّﺒِﻌُﻮﻩُ ﻭَﻻَ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮﺍْ ﺍﻟﺴُّﺒُﻞَ ﻓَﺘَﻔَﺮَّﻕَ ﺑِﻜُﻢْ ﻋَﻦ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ ﺫَﻟِﻜُﻢْ ﻭَﺻَّﺎﻛُﻢ ﺑِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ 

"Rasulullah membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, Ini jalan Allah yang lurus. Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda, Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya ter-dapat setan yang menyeru kepadanya.
Selanjutnya beliau membaca firman Allah , Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan- jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mence-rai-beraikan kamu dari jalan_Nya. Yang demikian itu diperintah-kan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (Al-An'am: 153) (Hadits shahih riwayat Ahmad dan Nasa'i)

6. Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah berkata, "...
Adapun Golongan Yang Selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah. 
Dan Ahlus Sunnah, tidak ada nama lain bagi mereka kecuali satu nama, yaitu Ashhabul Hadits (para ahli hadits)."

7. Allah memerintahkan agar kita berpegang teguh kepada Al-Qur'anul Karim.
Tidak termasuk orang-orang musyrik yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan dan kelompok.   
 Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa orang- orang Yahudi dan Nasrani telah berpecah belah menjadi banyak golongan, sedang umat Islam akan berpecah lebih banyak lagi, golongan-golongan tersebut akan masuk Neraka karena mereka menyimpang dan jauh dari Kitabullah dan Sunnah NabiNya.

Hanya satu Golongan Yang Selamat dan mereka akan masuk Surga. Yaitu Al-Jamaah , yang berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah yang shahih, di samping melakukan amalan para sahabat dan Rasulullah .

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk dalam golongan yang selamat (Firqah Najiyah).
Dan semoga segenap umat Islam termasuk di dalamnya. Amin...





 بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
Penghafal Al_Qur'an
Allah Ta’ala Memberkahi Para Penghafal Al-Qur’an,
Wahai saudaraku yang tercinta, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi setiap waktu dan keperluan para penghafal Al-Qur’an.
Tahukah Anda bahwa para penghafal Al-Qur’an adalah orang yang paling banyak kesibukannya?
Tidakkah Anda mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak menyia-nyiakan waktunya untuk hal yang tidak bermanfaat walau sejenak?
Saya katakan kepada Anda bahwa sesungguhnya ini adalah barakah Al-Qur’an.
Ketika mereka sibuk dengan Al-Qur’an pada siang dan malam hari mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberkahi waktu demi waktu yang mereka lalui, meskipun mereka sibuk dengan menghafal, membaca, dan muraja’ah (mengulang) Al-Qur’an.

Bersamaan dengan itu, sebagaimana sebelumnya bahwa mereka tidak bermalas-malasan dalam setiap kesempatan apa pun, dan hal ini tidak mudah bagi setiap orang.
Oleh karena itu, tidakkah Anda suka jika Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi setap waktu yang Anda lalui?
Apakah Anda juga ingin mengambil manfaat dari waktu Anda tanpa menyia-nyiakannya untuk hal yang tidak bermanfaat walaupun sejenak?

Nasehat:
“Jagalah Al-Qur’an pada siang dan malam serta berdoalah, ‘Ya Rabb, aku memohon kepada-Mu kebaikan dan barakah dalam setiap waktu yang aku lalui.’

Dikutip dari buku Revolusi Menghafal Al-Qur’an (Cetakan ke-2),
karya Syaikh Yahya Abdul Fatah Az-Zawawi, 2010, 




بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●═══════════════●
I  B  R  O  H
Setiap Kali Teringat Dia, Dunia Ini Terasa Tidak Ada Harganya
KISAH YANG MENAKJUBKAN TENTANG IKHLASH

Ibnul Mubarak rahimahullah menceritakan kisahnya:

“Saya tiba di Mekkah ketika manusia ditimpa paceklik dan mereka sedang melaksanakan shalat istisqa’ di Al-Masjid Al-Haram.
Saya bergabung dengan manusia yang berada di dekat pintu Bani Syaibah. Tiba-tiba muncul seorang budak hitam yang membawa dua potong pakaian yang terbuat dari rami yang salah satunya dia jadikan sebagai sarung dan yang lainnya dia jadikan selendang di pundaknya. Dia mencari tempat yang agak tersembunyi di samping saya. Maka saya mendengarnya berdoa, 

“Ya Allah, dosa-dosa yang banyak dan perbuatan-perbuatan yang buruk telah membuat wajah hamba-hamba-Mu menjadi suram, dan Engkau telah menahan hujan dari langit sebagai hukuman terhadap hamba-hamba-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu wahai Yang pemaaf yang tidak segera menimpakan adzab, wahai Yang hamba-hamba-Nya tidak mengenalnya kecuali kebaikan, berilah mereka hujan sekarang.”  Dia terus mengatakan, “Berilah mereka hujan sekarang.” Hingga langit pun penuh dengan awan dan hujan pun datang dari semua tempat. Dia masih duduk di tempatnya sambil terus bertasbih, sementara saya pun tidak mampu menahan air Mata.

Ketika dia bangkit meninggalkan tempatnya maka saya mengikutinya hingga saya mengetahui di mana tempat tinggalnya. Lalu saya pergi menemui Fudhail bin Iyyadh. Ketika melihat saya maka dia pun bertanya, “Kenapa saya melihat dirimu nampak sangat sedih?” Saya jawab, “Orang lain telah mendahului kita menuju Allah, maka Dia pun mencukupinya, sedangkan kita tidak.” Dia bertanya, “Apa maksudnya?” Maka saya pun menceritakan kejadian yang baru saja saya saksikan. Mendengar cerita saya, Fudhail bin Iyyadh pun terjatuh karena tidak mampu menahan rasa haru. Lalu dia pun berkata, “Celaka engkau wahai Ibnul Mubarak, bawalah saya menemuinya!” Saya jawab, “Waktu tidak cukup lagi, biarlah saya sendiri yang akan mencari berita tentangnya. ”Maka keesokan harinya setelah shalat Shubuh saya pun menuju tempat tinggal budak yang saya lihat kemarin. Ternyata di depan pintu rumahnya sudah ada orang tua yang duduk di atas sebuah alas yang digelar. Ketika dia melihat saya maka dia pun langsung mengenali saya dan mengatakan, “Marhaban (selamat datang –pent) wahai Abu Abdirrahman, apa keperluan Anda? ”Saya jawab, “Saya membutuhkan seorang budak hitam.” Dia menjawab, “Saya memiliki beberapa budak, silahkan pilih mana yang Anda inginkan dari mereka?” Lalu dia pun berteriak memanggil budak-budaknya. Maka keluarlah seorang budak yang kekar. Tuannya tadi berkata, “Ini budak yang bagus, saya ridha untuk Anda.” Saya jawab, “Ini bukan yang saya butuhkan.” Maka dia memperlihatkan budaknya satu persatu kepada saya hingga keluarlah budak yang saya lihat kemarin. Ketika saya melihatnya maka saya pun tidak kuasa menahan air mata. Tuannya bertanya kepada saya, “Diakah yang Anda inginkan?” Saya jawab, “Ya.” Tuannya berkata lagi, “Dia tidak mungkin dijual.” Saya tanya, “Memangnya kenapa?” Dia menjawab, “Saya mencari berkah dengan keberadaannya di rumah ini, di samping itu dia sama sekali tidak menjadi beban bagi saya.” Saya tanyakan, “Lalu darimana dia makan?” Dia menjawab, “Dia mendapatkan setengah daniq (satu daniq = seperenam dirham –pent) atau kurang atau lebih dengan berjualan tali, itulah kebutuhan makan sehari-harinya. Kalau dia sedang tidak berjualan, maka pada hari itu dia gulung talinya. Budak-budak yang lain mengabarkan kepadaku bahwa pada malam hari dia tidak tidur kecuali sedikit. Dia pun tidak suka berbaur dengan budak-budak yang lain karena sibuk dengan dirinya. Hatiku pun telah mencintainya.

”Maka saya katakan kepada tuannya tersebut, “Saya akan pergi ke tempat Sufyan Ats-Tsaurydan Fudhail bin Iyyadh tanpa terpenuhi kebutuhan saya.” Maka dia menjawab, “Kedatangan Anda kepada saya merupakan perkara yang besar, kalau begitu ambillah sesuai keinginan Anda!” Maka saya pun membelinya dan saya membawanya menuju ke rumah Fudhail bin Iyyadh. Setelah berjalan beberapa saat maka budak itu bertanya kepada saya, “Wahai tuanku!” Sayajawab, “Labbaik.” Dia berkata, “Jangan katakan kepada saya ‘labbaik’ karena seorang budak yang lebih pantas untuk mengatakan hal itu kepada tuannya.” Saya katakan, “Apa keperluanmu wahai orang yang kucintai?” Dia menjawab, “Saya orang yang fisiknya lemah, saya tidak mampu menjadi pelayan. Anda bisa mencari budak yang lain yang bisa melayani keperluan Anda. Bukankah telah ditunjukkan budak yang lebih kekar dibandingkan saya kepada Anda.” Saya jawab, “Allah tidakakan melihatku menjadikanmu sebagai pelayan, tetapi saya akan membelikan rumah dan mencarikan istri untukmu dan justru saya sendiri yang akan menjadi pelayanmu.”Dia pun menangis hingga saya pun bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Dia menjawab, “Anda tidak akan melakukan semua ini kecuali Anda telah melihat sebagian hubunganku dengan Allah Ta’ala, kalau tidak maka kenapa Anda memilih saya dan bukan budak-budak yang lain?!” Saya jawab, “Engkau tidak perlu tahu hal ini.” Dia pun berkata, “Saya meminta dengan nama Allah agar Anda memberitahukan kepada saya.” Maka saya jawab, “Semua ini saya lakukan karena engkau orang yang terkabul doanya.” Dia berkata kepada saya, “Sesungguhnya saya menilai –insya Allah– Anda adalah orang yang saleh.

 Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba pilihan yang Dia tidak akan menyingkapkan keadaan mereka kecuali kepada hamba-hamba-Nya yang Dia cintai, dan tidak akan menampakkan mereka kecuali kepada hamba yang Dia ridhai.” Kemudian dia berkata lagi, “Bisakah Anda menunggu saya sebentar, karena masih ada beberapa rakaat shalat yang belum saya selesaikan tadi malam? ”Saya jawab, “Rumah Fudhail bin Iyyadh sudah dekat.” Dia menjawab, “Tidak, di sini lebih saya sukai, lagi pula urusan Allah Azza wa Jalla tidak boleh ditunda-tunda.” Maka dia pun masuk kemasjid melalui pintu halaman depan.Dia terus mengerjakan shalat hingga selesai apa yang dia inginkan. Setelah itu dia menoleh kepada saya seraya berkata, “Wahai Abu Abdirrahman, apakah Anda memiliki keperluan?” Saya jawab, “Kenapa engkau bertanya demikian?” Dia menjawab, “Karena saya ingin pergi jauh.” Saya bertanya, “Ke mana?” Dia menjawab, “Ke akherat.” Maka saya katakan,“Jangan engkau lakukan, biarkanlah saya merasa senang dengan keberadaanmu!” Dia menjawab, “Hanyalah kehidupan ini terasa indah ketika hubungan antara saya dengan Allah Ta’ala tidak diketahui oleh seorang pun. Adapun setelah Anda mengetahuinya, maka orang lain akan ikut mengetahuinya juga, sehingga saya merasa tidak butuh lagi dengan semua yang Anda tawarkan tadi.” Kemudian dia tersungkur sujud seraya berdoa, “Ya Allah, cabutlah nyawaku agar aku segera bertemu dengan-Mu sekarang juga!” Makasaya pun mendekatinya, ternyata dia sudah meninggal dunia. Maka demi Allah, tidaklah saya mengingatnya kecuali saya merasakan kesedihan yang mendalam dan dunia ini tidak ada artinya lagi bagi saya.”
(Al_Muntazham Fii Taarikhil Umam, karya Ibnul Jauzy, 8/223-225)

Sumber artikel:




ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
●══════════●
Qishash di Antara Dua Kambing

Dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu bahwasanya suatu hari ketika Rasulullah  ﷺ  sedang duduk. Rasulullah ﷺ melihat ada dua kambing bertemu dan salah satu dari keduanya saling menanduk yang lainnya sehingga dapat mengalahkannya.
Perawi berkata, lalu Rasulullah ﷺ pun tertawa.
Maka dikatakan kepadanya, “Wahai Rasulullah apa yang menyebabkanmu tertawa?
”Rasulullah bersabda,
“Saya kagum dengan kambing itu. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh kambing itu akan digiring pada Hari Kiamat.” (Musnad Ahmad (5/173))

Dalam riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya Rasulullah bersabda,
“Pada Hari Kiamat semua hak akan diberikan kepada ahlinya sehingga kambing yang bertanduk pun akan dituntun untuk menuju kambing yang kurus (untuk membalaskan perbuatan kambing bertanduk yang menanduk kambing kurus ketika di dunia).” (HR. Muslim, pasal tentang al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adab, bab: Haram berbuat sewenang-wenang, (2582)*)

Dikutip dari buku

“Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam”
(edisi terjemahan Dhahikun Nabi shallallahu `alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuu oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005,
Penerbit Darul Haq, Jakarta.



بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
Al Qur'an Petunjuk Hidup. 

Allah Ta’ala berfirman:

{إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا}

“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus & memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS al-Israa’: 9).




بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
Mengadukan Kesusahan Hanya Kepada الله Ta'ala:

Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ لَمْ تُسَدَّ فَاقَتُهُ وَمَنْ أَنْزَلَهَا بِاللَّهِ أَوْشَكَ اللَّهُ لَهُ بِالْغِنَى إِمَّا بِمَوْتٍعَاجِلٍ أَوْ غِنًى عَاجِلٍ

“Barangsiapa yang ditimpa kesusahan (kefakiran & kebutuhan), lalu ia mengadukannya kepada manusia maka tidak akan tertutupi kesusahannya, & barangsiapa mengadukannya kepada الله maka tidak lama الله akan mencukupinya, apakah dengan kematian yang dekat atau kecukupan yang dekat.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu, Ash-Shahihah: 2787]

Al-Imam Al-Mubarakfuri rahimahullah berkata,

لَمْ تُسَدَّ فَاقَتُهُ أَيْ لَمْ تُقْضَ حَاجَتُهُ وَلَمْ تُزَلْ فَاقَتُهُ وَكُلَّمَا تُسَدُّ حَاجَتُهُ أَصَابَتْهُ أُخْرَى أَشَدُّ مِنْهَا

“Tidak akan tertutupi kesusahannya, maknanya adalah tidak akan terpenuhi kebutuhannya & tidak akan berakhir kesusahannya, & setiap kali kebutuhannya terpenuhi maka ia akan tertimpa kesusahan yang lebih parah.” [Tuhfatul Ahwadzi, 6/111]

Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menukil dari Asy-Syaikh Mahmud As-Subki rahimahullah dalam Al-Minhal Al-‘Adzbu (9/283), beliau berkata,

“Apakah dengan kematian kerabatnya yang dekat lagi kaya lalu ia mewarisi hartanya, atau ia sendiri yang mati (dalam kebaikan) sehingga ia tidak lagi membutuhkan harta, atau dengan suatu kekayaan atau kemudahan yang الله berikan kepadanya dengan cara apa saja sesuai kehendak-Nya, dan yang terakhir ini lebih umum dari yang sebelumnya, hal ini didukung dengan firman الله ta’ala,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang bertakwa kepada الله niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. & memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Tholaq: 2-3).” [Ash-Shahihah, 6/676]





بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
Anugerah الله Ta'ala yang Sangat Indah untuk Hamba-hamba-Nya (Meraih Rumah di Surga dengan Amalan Ringan):

Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

“Tidaklah seorang muslim melakukan sholat sunnah karena الله setiap hari sebanyak 12 raka’at yang bukan sholat wajib, kecuali الله akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” [HR. Muslim dari Ummu Habibah radhiyallahu’anha]

Dalam riwayat lain, terdapat perincian 12 raka’at tersebut, yaitu:

أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

“Empat raka’at sebelum zhuhur, dua raka’at setelah zhuhur, dua raka’at setelah maghrib, dua raka’at setelah isya, & dua raka’at sebelum shubuh.” [HR. At-Tirmidzi dari Aisyah & Ummu Habibah radhiyallahu ’anhuma, Shahihul Jaami’: 6183]

Silakan share gambarnya: fb.me/33RLcLkIB

Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.



بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
Untuk Kematian yang Pasti Menjelang,
Sudah Siapkah Bekalmu?

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka & dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [Ali Imran: 185]

Rasulullah ﷺ bersabda,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

"Tiga perkara yang akan mengikuti mayyit (orang mati), namun dua akan kembali & hanya satu yang tinggal bersamanya; yang akan mengikutinya adalah keluarganya, hartanya & amalnya, maka keluarganya & hartanya kembali & amalnya tetap tinggal." [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu]

Siapkan pundi-pundi bekalmu Untuk masa yang pasti menantimu Bila kematian datang menjemputmu Sampailah sudah batas hayatmu

Tibalah saatnya kau bertaubat Dari segala perilaku jahat Hendaklah waspada wahai umat Sebelum ajalmu dijemput malaikat

Di hari kiamat kau akan menyesal Karena kau pergi tanpa bekal Di tempat yang selalu dirundung sial Peristiwa yang menanti di balik ajal 

Tidakkah Anda merasa kecewa Sahabatmu yang senyum ceria Karena bekal yang cukup tersedia Sedang dirimu haus dahaga

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Silakan share gambarnya: bit.ly/1q34K1Q

Semoga bermanfaat, jazaakumullaahu khayron.



بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
Antara Madu & "Madu"

Madu, adalah sebuah kata yang bisa bermakna sesuatu yang manis (bagi orang yang memahami hakikatnya) & "madu" bisa berarti sesuatu yang pahit (bagi orang yang belum memahami hakikatnya). & sepanjang yang saya ketahui, baik madu & "madu" sama-sama manis اِنْشا ء الله , bahkan manfaatnya banyak sekali.

Allah ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu & Kami memberikan kepada mereka istri-istri & keturunan.” [Ar-Ra’d: 38]

Al-Qurthubi rahimahullah berkata,

إن اليهود عابوا على النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الأزواج، وعيرته بذلك وقالوا: ما نرى لهذا الرجل همة إلا النساء والنكاح، ولو كان نبيا لشغله أمر النبوة عن النساء، فأنزل الله هذه والآية، وذكرهم أمر داود وسليمان فقال: (وَلَقَدْ أَرْسَلْنا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنا لَهُمْ أَزْواجاً وَذُرِّيَّةً) أي جعلناهم بشرا يقضون ما أحل الله من شهوات الدنيا

“Sesungguhnya orang-orang Yahudi mencela Nabi ﷺ karena banyaknya istri-istri beliau, mereka menghina beliau karena hal tersebut (poligami). Mereka mengatakan, ‘Kami tidak melihat yang dianggap penting oleh orang ini kecuali wanita & pernikahan (hubungan suami istri), andaikan dia seorang nabi tentunya dia akan sibuk dengan urusan kenabian, bukan urusan wanita.’ Maka الله ta’ala menurunkan ayat ini & mengingatkan mereka tentang Nabi Daud dan Sulaiman ‘alaihimassalam (Nabi mereka sendiri). Allah ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu & Kami memberikan kepada mereka istri-istri & keturunan.” (Ar-Ra’d: 38)

Maknanya, الله jadikan para nabi & rasul tersebut sebagai manusia yang dapat menyalurkan nafsu dunia (dengan cara) yang الله halalkan.” [Tafsir Al-Qurthubi, 9/327]




بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
CINTA TERLARANG,
SEBAB, AKIBAT & TERAPINYA:

DIAGNOSA DOKTER:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

جُرْحٌ مَسْمُومٌ

“Luka yang beracun.” [Majmu’ Al-Fatawa, 5/32]

Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,

هَذَا مَرَضٌ مِنْ أَمْرَاضِ الْقَلْبِ

“Ini termasuk salah satu penyakit hati.” [Zadul Ma’ad, 4/274]

NAMA PENYAKIT:
  • - Mabuk Kepayang (‘isyq)
  • - Kasmaran
  • - Kangen
  • - Virus merah jambu
  • - Tergila-gila
  • - Dll (Silakan tambah sendiri)

EFEK NEGATIF:
  • - Mengarah kepada syirik dalam mahabbah (cinta), termasuk syirik apabila seseorang mencintai makhluk dengan kadar yang sama dengan cintanya kepada الله ta’ala, apalagi jika cintanya kepada makhluk melebihi cintanya kepada الله ta’ala, & lebih parah lagi jika dia hanya mencintai makhluk & tidak mencintai الله ta’ala sama sekali
  • - Selalu ingat si dia (sedikit mengingat الله ta’ala bahkan tidak sama sekali)
  • - Batin tersiksa apabila tidak bertemu atau tidak berhubungan (saling kontak)
  • - Mengantarkan kepada zina, baik zina mata, hati, lisan, tangan, kaki dan kemaluan
  • - Bila cinta ditolak dukun bertindak (termasuk syirik)
  • - Boros harta untuk menyenangkan si dia atau sekedar mau pamer harta
  • - Menyia-nyiakan waktu
  • - Menghalangi masuknya ilmu dalam diri
  • - Merusak rumah tangga, baik rumah tangga orang maupun rumah tangganya sendiri
  • - Dll (Silakan tambah sendiri) 

SEBAB MUNCULNYA PENYAKIT:
  • - Terlalu sering kontak di BB, FB, WA, dll
  • - Terkena PANAH SETAN, yaitu melihat lawan jenis
  • - Ikhtilat, dll.
Simak Terapinya: di sini: bit.ly/VhWGSk



بِسْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●══════════════●
Hukuman di Dunia Lebih Baik Daripada di Akhirat:

Saudaraku, musibah di dunia bisa jadi hukuman atas dosa-dosa yang kita kerjakan, namun itu sekaligus sebagai kenikmatan apabila kita hadapi dengan kesabaran & memohon ampun kepada الله ta'ala, karena hukuman di dunia lebih baik daripada di akhirat.

Rasulullah ﷺ bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Apabila الله menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya maka الله menyegerakan hukumannya di dunia, dan apabila الله menghendaki kejelekan bagi hamba-Nya maka الله menahan hukuman atas dosanya sampai dibalas pada hari kiamat.” [HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu, Shahihul Jaami’: 308]

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata dalam "Syarhu Riyadhis Shaalihin",

لأن العقوبات تكفر السيئات فإذا تعجلت العقوبة وكفر الله بها عن العبد فإن يوافي الله وليس عليه ذنب قد طهرته المصائب والبلايا حتى إنه ليشدد على الإنسان موته لبقاء سيئة أو سيئتين عليه، حتى يخرج من الدنيا نقيا من الذنوب، وهذه نعمة لأن عذاب الدنيا أهون من عذاب الآخرة

"Karena hukuman-hukuman itu menghapuskan dosa-dosa, maka apabila hukuman seorang hamba dipercepat & dengan itu الله menghapus dosanya, ia akan berjumpa dengan الله sedang ia tidak lagi menanggung satu dosa pun karena telah disucikan oleh berbagai musibah & malapetaka tersebut, sampai-sampai kematian seseorang itu diberatkan karena masih tersisa satu atau dua kesalahannya, supaya ia keluar dari dunia ini dalam keadaan bersih dari dosa, & ini adalah nikmat karena azab dunia lebih ringan daripada azab akhirat."

Silakan share gambar: fb.me/6YLt9De4R

Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.●
- - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - -





سْـــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
●═════════════●
Suplemen Penambah Iman
**************************
Berikan Persaksianmu di atas Ilmu.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Allōh Subhānahu Wa Taâlā berfirman dengan kalam-Nya yang beberbekah lagi mulia:

سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ

"Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban".
[QS. Az-Zukhruf: 19].

Berkata Asy-Syaikh Abdurrohmān As-Sa'di rohimahullōh menafsirkan ayat di atas:

"فكيف يتكلمون بأمر من المعلوم عند كل أحد، أنه ليس لهم به علم؟! 

ولكن لا بد أن يسألوا عن هذه الشهادة، وستكتب عليهم، ويعاقبون عليها".

"Bagaimana mungkin mereka berbicara pada perkara yang dimaklumi di hadapan setiap orang, bahwa orang tsb disisi mereka tidak memiliki ilmu?!.

Akan tetapi, tetaplah pasti mereka akan ditanya dari persaksiannya itu, diminta pertanggung-jawaban dan juga akan diberikan hukuman". [Tafsir Karim Arrohmān]
- - - - - - - 〜✽〜 - - - - - - -






Tidak ada komentar:

Posting Komentar