Jumat, 27 Maret 2015

Ancaman Terhadap Laki-laki yang Tidak Sholat Jum’at


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ancaman thd Pria yg Tdk Sholat Jum'at
Ancaman Terhadap Laki-laki yang Tidak Sholat Jum’at
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
لينتهيَنَّ أقوامٌ عن ودعِهم الجُمعاتِ أو ليختِمَنَّ اللهُ على قلوبِهم ثمَّ ليكونَنَّ من الغافلين
“Sungguh harus berhenti orang-orang yang terbiasa meninggalkan sholat Jum’at, atau sungguh Allah benar-benar akan menutup hati-hati mereka, kemudian sungguh benar-benar mereka akan termasuk orang-orang yang lalai.”
[HR. Muslim dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu’anhuma]
Beberapa Pelajaran:
1) Bahaya meninggalkan sholat Jum’at dengan sengaja tanpa ada alasan yang dibenarkan syari’at.
2) Peringatan kepada orang-orang yang meninggalkan sholat Jum’at untuk segera bertaubat kepada Allah ta’ala.
3) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak mengabarkan kecuali wahyu, maka dua kemungkinan dalam hadits ini pasti terjadi. Al-Qodhi ‘Iyadh rahimahullah berkata,
وَالْمَعْنَى أَنَّ أَحَدَ الْأَمْرَيْنِ كَائِنٌ لَا مَحَالَةَ، إِمَّا الِانْتِهَاءُ عَنْ تَرْكِ الْجُمُعَاتِ، وَإِمَّا خَتْمُ اللَّهِ عَلَى قُلُوبِهِمْ، فَإِنَّ اعْتِيَادَ تَرْكِ الْجُمُعَةِ يُغَلِّبُ الرَّيْنَ عَلَى الْقَلْبِ وَيُزَهِّدُ النُّفُوسَ فِي الطَّاعَةِ، وَذَلِكَ يُؤَدِّي بِهِمْ إِلَى أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْغَافِلِينَ
“Maknanya, bahwa satu dari dua perkara mesti terjadi pada siapa pun tidak mungkin tidak, yaitu apakah segera berhenti meninggalkan sholat Jum’at, atau kalau tidak maka Allah akan menutup hati-hati mereka, karena terbiasa meninggalkan sholat Jum’at menyebabkan dominasi noda hitam di hati, menjadikan jiwa malas dalam melakukan ketaatan, dan itu semua mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang lalai.”[Al-Mirqoh, 3/1023]
4) Bahaya berpaling dari kebenaran dan tidak mengamalkan perintah Allah ta’ala, bahwa orang yang melakukannya akan ditimpa azab pada hatinya; Allah ta’ala menutup hatinya sehingga ia tersesat dan tidak dapat mengenal kebenaran, dan kelak ia akan ditimpa azab pada badannya.
5) Sholat Jum’at diwajibkan bagi orang yang terpenuhi padanya 6 syarat:
• Muslim,
• Laki-laki,
• Baligh,
• Berakal,
• Merdeka,
• Muqim.
Maka orang kafir, wanita, anak kecil yang belum baligh, orang gila, budak dan musafir tidak diwajibkan sholat Jum’at, hanya saja orang kafir tetap akan mendapatkan hukuman karena kekafirannya, ditambah karena tidak melakukan sholat Jum’at dan kewajiban-kewajiban yang lainnya.
[Lihat Subulus Salam, 1/397 dan Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibni Baz rahimahullah, 12/320-321, Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 7/88 no. 17157]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Sumber:
www.fb.com/sofyanruray.info




Kamis, 26 Maret 2015

Tahukah Anda Pasukan Tatar?


Jangan Lupa Mendoakan Kaum Muslimin yang Berperang Melawan Kezaliman Syi'ah...!

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Tahukah Anda Pasukan Tatar?

Inilah salah satu pasukan terkuat dan terbesar dalam sejarah. Namun sayang mereka adalah pasukan kafir yang membantai ribuan, bahkan mungkin jutaan kaum muslimin. Banyak negeri muslim berjatuhan ke tangan mereka diiringi banjir darah dan hujan air mata, bahkan mereka berhasil menguasai Baghdad, pusat pemerintahan Islam dan membunuh khalifah, pemimpin tertinggi kaum muslimin ketika itu tanpa perlawanan, koq bisa?

Diantara sebab terbesarnya adalah karena pengkhianatan kaum yang sangat jelek, kaum yang menyimpan dendam terhadap Islam dan kaum muslimin, kaum yang tidak segan-segan menggunakan tangan-tangan keji mereka untuk membantai kaum muslimin ketika mereka kuat, dan ketika mereka lemah maka mereka gunakan tangan-tangan orang kafir, itulah kaum Syi’ah.

Ringkas cerita, ketika Khalifah dalam keadaan lemah; meminta perdamaian kepada Holako Khan (Pemimpin Pasukan Tatar), beliau membawa banyak sekali harta untuk diserahkan sebagai upeti, tanda ketundukan kepada Tatar, itu beliau lakukan atas saran orang-orang Syi’ah, terutama yang beliau angkat jadi menteri dan orang dekatnya, yaitu Ala’uddin Ibnul ‘Alqomi dan Nashiruddin Ath-Thusi (yang sering dipuji oleh tokoh sesat Syi’ah Khomeini), tapi bersamaan dengan itu, orang-orang Syi’ah menyarankan kepada Holako untuk tidak menerima perjanjian damai Khalifah dan hendaklah membunuhnya.

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan,

وقد أشار أولئك الملأ من الرافضة وغيرهم من المنافقين على هولاكو أَنْ لَا يُصَالِحَ الْخَلِيفَةَ، وَقَالَ الْوَزِيرُ مَتَى وَقَعَ الصُّلْحُ عَلَى الْمُنَاصَفَةِ لَا يَسْتَمِرُّ هَذَا إِلَّا عَامًا أَوْ عَامَيْنِ ثُمَّ يَعُودُ الْأَمْرُ إِلَى مَا كَانَ عَلَيْهِ قَبْلَ ذَلِكَ، وَحَسَّنُوا لَهُ قَتْلَ الْخَلِيفَةِ، فَلَمَّا عَادَ الْخَلِيفَةُ إِلَى السُّلْطَانِ هُولَاكُو أَمْرَ بِقَتْلِهِ

“Sungguh, orang-orang dari kalangan Syi’ah Rafidhah dan selainnya dari kalangan munafikin telah memberi isyarat kepada Holako untuk tidak menerima perdamaian dengan Khalifah, dan berkata menteri (seorang syi’ah yang bernama Ibnul ‘Alqomi): “Kapan terjadi perdamaian yang hanya setengah-setengah maka tidak akan bertahan lama kecuali satu atau dua tahun saja, kemudian akan kembali seperi sebelumnya”. Maka orang-orang Syi’ah itu pun membujuk Holako untuk membunuh Khalifah, sehingga ketika Khalifah kembali kepada penguasa Tatar Holako (dengan membawa hadiah-hadiah untuknya), ia memerintahkan untuk membunuh beliau.” [Al-Bidayah wan Nihayah, 13/234]

Inilah diantara bahaya besar jika mengangkat orang-orang Syi’ah sebagai pejebat Negara.

Maka Pasukan Tatar pun membunuh para ulama dan pejabat-pejabat negara selain Syi’ah, serta membantai kaum muslimin di Baghdad dalam jumlah yang sangat besar, hampir tidak ada yang selamat kecuali sedikit sekali, siapa mereka?

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan,

وَلَمْ يَنْجُ مِنْهُمْ أَحَدٌ سِوَى أَهْلِ الذِّمَّةِ مِنَ الْيَهُودِ والنَّصارى وَمَنِ الْتَجَأَ إِلَيْهِمْ وَإِلَى دَارِ الْوَزِيرِ ابْنِ الْعَلْقَمِيِّ الرَّافِضِيِّ وَطَائِفَةٍ مِنَ التُّجَّارِ أَخَذُوا لَهُمْ أَمَانًا، بَذَلُوا عَلَيْهِ أَمْوَالًا جَزِيلَةً حَتَّى سَلِمُوا وَسَلِمَتْ أموالهم.

“Dan tidak ada yang selamat dalam pembantaian tersebut kecuali kafir dzimmi Yahudi dan Nasrani, dan orang-orang yang berlindung ke rumah menteri Syi’ah Ibnul ‘Alqomi, serta sekolompok pedagang yang diberi jaminan keamanan dengan syarat membayar dalam jumlah yang besar hingga selamat diri dan harta mereka.” [Al-Bidayah wan Nihayah, 13/235]

Kini, sejarah itu berulang, kaum muslimin kembali bertempur dengan golongan kufur Syi’ah yang memiliki kekuatan karena dibantu oleh negara-negara kafir. Kaum Syi’ah membantai kaum muslimin Yaman, walhamdulillaah pemerintah muslim yang lainnya, yang dipimpin oleh negeri tauhid Arab Saudi pun bangkit membela kaum muslimin.

Dan ketahuilah, dahulu Pasukan Tatar yang kuat dan gagah perkasa tersebut ternyata suatu hari dapat dikalahkan oleh kaum muslimin, tahukah Anda diantara sebab terbesar kemenangan kaum muslimin atas Tatar?

Jawabannya: Berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla, Dia-lah yang Maha Menolong dan Maha Perkasa, maka jangan lupakan saudara-saudara kita kaum muslimin yang sedang bertempur dengan Syi’ah.

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan tentang Raja Mesir, Saifuddin Quthuz rahimahullah, Pemimpin kaum muslimin melawan Tatar dalam perang ‘Ain Jalut, perang yang menentukan kemenangan kaum muslimin atas Pasukan Tatar yang sangat kuat,

لما رأى عصائب التتار قال للأمراء والجيوش الذين معه: لا تقاتلوهم حتى تزول الشمس وتفئ الظلال وتهب الرياح، ويدعوا لنا الخطباء والناس في صلاتهم، رحمه الله تعالى.

“Ketika beliau telah melihat kumpulan-kumpulan besar Pasukan Tatar, maka beliau berkata kepada para pemimpin dan pasukan yang bersamanya: “Janganlah kalian berperang hingga tenggelam matahari, malam kembali gelap, angin pun berhembus, dan para khatib serta kaum muslimin mendoakan kita dalam sholat mereka".
 Semoga Allah merahmati beliau.” 
[Al-Bidayah wan Nihayah, 13/262]

✏  Sofyan Ruray حفظه الله 









Kamis, 19 Maret 2015

Keutamaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Dalam Al-Qur’an

Keutamaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Dalam Al-Qur’an (3)

Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:
Jika kita ingin mencintai beliaushallallahu ‘alaihi wa sallamdengan cinta yang benar maka kita dituntut untuk berusaha mengenal keutamaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik yang tercantum dalam Al-Qur`an maupun Al-Hadits. Pada bagian yang pertama dan kedua, sudah disebutkan delapan keutamaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Qur`an Al-Karim, adapun selanjutnya, berikut ini lima keutamaan beliau  shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya.

9. Allah Ta’ala mentarbiyyah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sebaik-baik tarbiyyah (pendidikan dan pemeliharaan)

Allah Ta’ala berfirman,
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ
“Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sebelumnya (permulaan)”
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ
“Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas” (Adh-Dhuha: 4-5).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
وأما حاله المستقبلة، فقال: { وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى } أي: كل حالة متأخرة من أحوالك، فإن لها الفضل على الحالة السابقة. فلم يزل صلى الله عليه وسلم يصعد في درج المعالي ويمكن له الله دينه، وينصره على أعدائه، ويسدد له أحواله، حتى مات، وقد وصل إلى حال لا يصل إليها الأولون والآخرون، من الفضائل والنعم، وقرة العين، وسرور القلب. ثم بعد ذلك، لا تسأل عن حاله في الآخرة، من تفاصيل الإكرام، وأنواع الإنعام، ولهذا قال: { وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى } وهذا أمر لا يمكن التعبير عنه بغير هذه العبارة الجامعة الشاملة.
Adapun keadaan yang akan datang, maka Allah berfirman,
“{وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى} (Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sebelumnya (permulaan), maksudnya setiap keadaanmu yang terbaru, maka pastilah lebih baik dari keadaanmu di masa sebelumnya. Maka senantiasa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamterus meningkat ke derajat kesempurnaan yang lebih tinggi dan Allah menjadikan kejayaan agama-Nya untuknya. Dia menolongnya menghadapi musuh-musuhnya dan meluruskan keadaannya hingga (ketika) beliau wafat, beliau berhasil menggapai derajat keadaan yang tidak pernah dicapai oleh seluruh makhluk lainnya -dari makhluk pertama sampai yang terakhir-,(derajat keadaaan tersebut) berupa keutamaan, nikmat, penyejuk pandangan, dan kegembiraan hati beliau. Kemudian setelah itu, janganlah engkau menanyakan tentang keadaan beliau di akhirat berupa perincian kemuliaan dan berbagai macam kenikmatan (untuk beliau), oleh karena itu Allah berfirman:{وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى}( Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas), kenikmatan yang luas bagi beliau tersebut, tidak mungkin diungkapkan, kecuali dengan ungkapan (kepuasan)  yang umum dan menyeluruh ini.”

10. Allah Ta’ala memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan diturunkannya Al-Qur`anul Karim

Allah Ta’ala berfirman,
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا
“Dan demikianlah, Kami wahyukan (pula) kepadamu ruh (Al-Qur`an) dengan perintah Kami” (Asy-Syuuraa: 52).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah,
{ وَكَذَلِكَ } حين أوحينا إلى الرسل قبلك { أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا } وهو هذا القرآن الكريم، سماه روحا، لأن الروح يحيا به الجسد، والقرآن تحيا به القلوب والأرواح، وتحيا به مصالح الدنيا والدين، لما فيه من الخير الكثير والعلم الغزير.
“{وَكَذَلِكَ}(Dan demikianlah) ketika Kami wahyukan kepada para Rasul sebelummu, {أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا} (Kami wahyukan (pula) kepadamu ruh (Al-Qur`an) dengan perintah Kami) “Ruh” di sini adalah Al-Qur`anul Karim, Allah memberi nama Al-Qur`an dengan nama “Ruh”, karena dengan ruh , jasad menjadi hidup. Adapun Al-Qur`an, dengannyalah hati dan ruh manusia menjadi hidup, demikian pula kemaslahatan dunia dan agama menjadi hidup makmur dengannya, karena di dalam Al-Qur`an terdapat kebaikan dan ilmu yang banyak.”

11. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam

Allah Ta’ala berfirman,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ  الله وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ الله بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al-Ahzaab: 40).
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
{ ولكن رسول الله وخاتم النبيين} ختم الله به النبوة ، وقرأ عاصم : ” خاتم ” بفتح التاء على الاسم ، أي : آخرهم ، وقرأ الآخرون بكسر التاء على الفاعل ، لأنه ختم به النبيين فهو خاتمهم . قال ابن عباس : يريد لو لم أختم به النبيين لجعلت له ابنا يكون بعده نبيا وروي عن عطاء عن ابن عباس : أن الله تعالى لما حكم أن لا نبي بعده لم يعطه ولدا ذكرا يصير رجلا {وكان الله بكل شيء عليما}.
{ولكن رسول الله وخاتم النبيين} (tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi) Allah menutup kenabian dengan beliau. Imam ‘Ashim membaca(nya): خَاتَمَ , yaitu dengan fathah huruf ت sebagai isim,maksudnya : Nabi terakhir. Adapun Imam-imam yang lain membaca(nya) dengan kasroh huruf  ت sebagai fa’il, karena dengan beliaulah ditutup para Nabi, maka beliau adalah penutup mereka. Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksud Allah adalah seandainya tidak Aku tutup para Nabi dengannya, tentulah Aku menjadikannya memiliki putra. yang nantinya akan menjadi Nabi sesudah beliau. Diriwayatkan dari ‘Atha` dari Ibnu ‘Abbas bahwa Allah Ta’ala tatkala menetapkan tidak adanya Nabi sesudah beliau, maka Dia tidaklah menganugerahkan anak laki-laki yang kelak menjadi seorang pria dewasa, dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

12. Allah Ta’ala memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memanggil beliau

Yaitu dengan panggilan yang paling dicintai oleh beliau atau dengan sifat beliau yang paling mulia. Hal ini sebagaimana dalam dua firman Allah Ta’ala berikut ini:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. (Al-Ahzaab: 59).
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya” (Al-Maaidah : 41).
Sedangkan Allah memanggil para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam yang lainnya, langsung dengan nama-nama mereka
Hal ini sebagaimana terdapat di dalam beberapa firman Allah berikut ini:
وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
(Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di Surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim” (Al-A’raaf: 19).
قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَىٰ أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ ۚ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Difirmankan: “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami” (Huud: 48).
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
“Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim” (Ash-Shaaffaat: 104).
يَا يَحْيَىٰ خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ
“Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak”(Maryam: 12).

13. Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk memuliakan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallamsehingga melarang umat beliau dari memanggilnya langsung dengan namanya dan melarang mereka mengeraskan suara mereka di atas suara Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah Ta’ala berfirman,
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا
“Janganlah kalian jadikan panggilan Rasul diantara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian (yang lain)” (An-Nuur: 63).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
لا تجعلوا دعاء الرسول إياكم ودعائكم للرسول كدعاء بعضكم بعضا، فإذا دعاكم فأجيبوه وجوبا
“Janganlah kalian jadikan panggilan Rasul diantara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian (yang lain), (maksudnya adalah) jika beliau memanggil kalian, wajib kalian memenuhi panggilan beliau”.
Beliau juga menjelaskan:
وكذلك لا تجعلوا دعاءكم للرسول كدعاء بعضكم بعضا، فلا تقولوا: ” يا محمد ” عند ندائكم، أو ” يا محمد بن عبد الله ” كما يقول ذلك بعضكم لبعض، بل من شرفه وفضله وتميزه صلى الله عليه وسلم عن غيره، أن يقال: يا رسول الله، يا نبي الله.
“Dan demikian pula Janganlah kalian jadikan panggilan Rasul diantara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian yang lain, maka janganlah kalian berkata “Ya Muhammad “, ketika kalian memanggilnya. Atau (jangan pula dengan panggilan)“Ya Muhammad bin Abdullah“, sebagaimana sebagian kalian memanggil sebagian yang lain seperti itu. Akan tetapi, karena kemuliaan, keutamaan dan perbedaan beliau dengan yang lain, maka selayaknyalah dipanggil dengan panggilan: Ya Rasulullah , ya Nabiyyullah”.
Adapun umat-umat terdahulu memanggil para Rasul  ‘alaihimush shalatu was salam langsung dengan nama-nama mereka
Hal ini sebagaimana terdapat di dalam beberapa firman Allah berikut ini :
قَالُوا يَا مُوسَى
“Bani lsrail berkata: “Hai Musa”. (Al-A’raaf: 138).
قَالُوا يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
“Kaum ‘Ad berkata: “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu” (Huud : 53).
وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
“Dan mereka berkata: “Hai Shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)” (Al-A’raaf: 77).
Allah pun melarang mereka mengeraskan suara mereka di atas suara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalan kalian, sedangkan kalian tidak menyadari” (Al-Hujuraat: 2).
In sya Allah akan berlanjut kepada keutamaan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Hadits Asy-Syarif (4)“.
***
Diolah dari transkip ceramah Syaikh Rabi’ Al-Madkholi hafizhahullah di:http://www.sahab.net/forums/?showtopic=132217 dan transkip khuthbah Abdul Hamiid, dihttp://www.alminbar.net/alkhutab/khutbaa.asp?mediaURL=1039

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.Or.Id
Print Friendly




Sumber
Muslim.Or.Id – Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah









Rabu, 18 Maret 2015

Bersikap Memudahkan dalam Transaksi Jual Beli, Hutang Piutang, Menuntut dan Menunaikan Hak


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى

"Semoga Allah merahmati orang yang bersikap memudahkan ketika menjual, ketika membeli dan ketika menuntut hak." [HR. Al-Bukhari dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu'anhuma]

Beberapa Pelajaran:

  • 1) Motivasi untuk bersikap memudahkan dan toleran dalam jual beli, serta menghiasi diri dengan akhlak mulia, mu'amalah yang baik, tidak pelit dan tidak menyulitkan
  • 2) Memudahkan dalam jual beli adalah sebab meraih keberkahan di dunia dan akhirat, karena Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam tidaklah mengajarkan sesuatu kecuali mengandung kebaikan di dunia dan akhirat, dan kebaikan terbesar adalah rahmat dan ampunan Allah ta'ala di akhirat kelak
  • 3) Motivasi untuk bersikap memudahkan dalam menuntut hak, memberi maaf dan tidak menyempitkan, tidak menekan orang yang berhutang dan hendaklah menagih dengan cara yang baik meskipun ia menahan yang bukan haknya, serta tidak menagihnya berulang-ulang
  • 4) Bersikap memudahkan juga berlaku bagi orang yang berhutang dalam membayar hutangnya, sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat: "Memudahkan ketika membayar hutang." Bahkan termasuk kezaliman apabila ia mampu membayar dan sudah jatuh tempo namun ia menunda-nunda atau mempersulit pembayaran, apalagi jika tidak mau membayar sama sekali
  • 5) Dalam setiap aktivitas duniawi yang mubah bagi seorang mukmin terkandung berbagai macam kebaikan dan keberkahan di dunia dan akhirat apabila ia meneladani Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, inilah diantara gambaran pentingnya menuntut ilmu agama, mengamalkannya dan mengajarkannya. Maka marilah kita saling tolong menolong dalam menyebarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat.

[Lihat Fathul Baari (4/307), Syarhul Bukhari libni Bathtool (6/210-211) dan Umdatul Qori (17/295)]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم











Selasa, 17 Maret 2015

Berakhlak Baik kepada Keluarga


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sebaik-baik Kalian adalah yang Terbaik bagi Keluarganya
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي، وَإِذَا مَاتَ صَاحِبُكُمْ فَدَعُوهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku yang paling baik terhadap keluargaku, dan apabila mati seorang dari keluarga kalian maka tinggalkanlah dia.”[HR. At-Tirmidzi dari Aisyah radhiyallahu’anha, Ash-Shahihah: 285]
Beberapa Pelajaran:
1) Diantara ukuran dan patokan kebaikan seseorang adalah kebaikan akhlaknya kepada keluarganya, sehingga tidaklah seseorang itu menjadi baik walau ia telah melakukan sholat, puasa, zakat dan berbagai macam ibadah sebelum ia berakhlak baik kepada keluarganya, maka dalam hadits ini terdapat petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk berakhlak mulia kepada keluarga, yang mencakup istri-istri dan seluruh kerabat (lihat Al-Mirqoh: 5/2155)
2) Motivasi untuk menyambung dan menjaga hubungan kekerabatan dan tidak boleh memutuskannya (lihat Faidhul Qodir, 3/495)
3) Anjuran untuk memberi manfaat kepada keluarga, baik manfaat agama maupun dunia (lihat Faidhul Qodir, 3/496)
4) Keluarga adalah pihak yang paling berhak untuk mendapatkan kebaikan kita sebelum yang lainnya. Asy-Syaikhul Faqih Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
فينبغي للإنسان أن يكون مع أهله خير صاحب وخير محب وخير مُربًّ؛ لأن الأهل أحق بحسن خلقك من غيرهم.
“Maka sepatutnya bagi seseorang untuk keluarganya menjadi:
• Sebaik-baik teman
• Sebaik-baik orang yang mencintai
• Sebaik-baik pendidik
Karena keluarga adalah pihak yang paling berhak untuk mendapatkan akhlak baikmu dari pada selain mereka.”
5) Adapun makna, “Dan apabila mati seorang dari keluarga kalian maka tinggalkanlah dia”, ada beberapa makna yang disebutkan para ulama:
• Tinggalkan pembicaraan buruk tentangnya.
• Jangan lagi mencintainya, menangisinya dan bergantung kepadanya, maksudnya jangan terlalu bersedih karena kehilangannya.
• Relakanlah ia pergi kepada Allah ta’ala, semoga ia mendapatkan kasih sayang Allah ta’ala, karena apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang baik.
• Relakanlah kematian Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, dan jangan menyakiti beliau, keluarga beliau, para sahabat beliau dan pengikut-pengikut beliau (lihat Tuhfatul Ahwadzi, 269-270)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم





Kamis, 12 Maret 2015

Anjuran Syari’at untuk Menjaga Kenyamanan Orang Lain


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Anjuran Syari'at untuk Menjaga Kenyamanan Orang Lain
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda
لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ
“Sungguh aku melihat seseorang mendapatkan kenikmatan di surga, karena memotong sebuah pohon di tengah jalan yang mengganggu manusia.” [HR. Muslim dari Abu Hurairahradhiyallahu’anhu]
Beberapa Pelajaran:
1) Banyaknya pintu-pintu kebaikan, tidak sepantasnya untuk disia-siakan.
2) Keutamaan menyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalan, bahwa hal itu termasuk sebab masuk surga dan hendaklah dilakukan ikhlas karena Allah ta’ala.
3) Surga dan neraka telah diciptakan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama.
4) Besarnya pahala menghilangkan gangguan terhadap kaum muslimin secara fisik, maka menghilangkan gangguan yang dapat merusak iman dan takwa tentu lebih besar lagi pahalanya, yaitu dengan megajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salaf dan membantah kesesatan.
Maka termasuk yang sangat mengganggu manusia, baik mereka sadar diganggu atau tidak, adalah beredarnya berbagai pemahaman yang menyimpang dan ajakan-ajakan yang merusak moral, terlebih di masa merebaknya media-media sosial dan mudahnya akses internet di masa ini.
5) Wajib bagi pemerintah muslim untuk menghilangkan gangguan terhadap agama kaum muslimin, yaitu melarang dan menindak para da’i sesat yang mengajak kepada kesesatan. Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullahu ta’ala berkata,
والواجب على ولاة الأمور أن يزيلوا الأذى عن طريق المسلمين، أي أن يزيلوا كل داعية إلى شر، أو إلى إلحاد، أو إلى مجون، أو إلى فسوق بحيث يمنع من نشر ما يريد من أي شيء كان من الشر والفساد، وهذا هو الواجب.
“Wajib atas pemerintah untuk menghilangkan gangguan dari jalan kaum muslimin, yaitu hendaklah mereka menghalangi setiap da’i yang mengajak kepada kejelekan, kesesatan, kegilaan dan kefasikan, dengan melarang mereka untuk menyebarkan kejelekan dan kerusakan yang mereka iginkan, inilah yang diwajibkan.”
[Disarikan dari Syarhu Riyadhis Shalihin lisy Syaikh Ibnil ‘Utsaimin rahimahullah, 2/175-177]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Senin, 09 Maret 2015

Jangan Takut Sial


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Jangan Takut Sial
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلَّا، وَلَكِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Takut sial itu syirik.” (Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata): “Tidak ada seorang pun dari kami kecuali merasa takut sial, akan tetapi Allah ‘azza wa jalla menghilangkannya dengan tawakkal.” [HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 429,Shahihul Jaami’: 3960]
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata,
التصريح بأن الطيرة شرك
“Dalam hadits ini ada penegasan bahwa takut sial itu syirik.”
Asy-Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumullah berkata,
قوله: “الطيرة شرك”، صريح في تحريم الطيرة وأنها من الشرك لما فيها من تعلق القلب على غير الله.
“Ucapan beliau, “Takut sial itu syirik”, sangat tegas dalam pengharaman takut sial, dan bahwasannya itu termasuk syirik karena padanya ada ketergantungan hati kepada selain Allah ta’ala.”
Beliau rahimahullah juga berkata,
قوله: “ولكن الله يذهبه بالتوكل”أي: ما منا إلا من يقع في قلبه ذلك، ولكن لما توكلنا على الله وآمنا به، واتبعنا ما جاء به الرسول صلى الله عليه وسلم واعتقدنا صدقه، أذهب الله ذلك عنا، وأقر قلوبنا على السنة واتباع الحق.
“Ucapan Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, “Akan tetapi Allah ‘azza wa jalla menghilangkan rasa takut sial tersebut dengan tawakkal”, maknanya: Tidak ada seorang pun dari kami kecuali merasa takut sial, akan tetapi ketika kami bertawakkal kepada Allah dan beriman kepada-Nya, serta meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan meyakini kebenaran beliau, maka Allah menghilangkan rasa takut sial itu dari kami dan mengokohkan hati kami di atas sunnah dan mengikuti kebenaran.”
Beberapa Pelajaran:
1) Penegasan bahwa takut sial itu syirik, yaitu;
  • Syirik besar apabila diyakini memberikan pengaruh dengan sendirinya
  • Dan syirik kecil apabila diyakini sebagai sebab saja.
Maka jelaslah bahwa feng shui, primbon dan yang semisalnya termasuk syirik kepada Allah tabaraka wa ta’ala dan kebodohan yang nyata.
2) Disyari’atkan untuk memberi penekanan dalam menyampaikan ucapan penting dengan mengulanginya dua atau tiga kali, karena dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan, “Takut sial itu syirik, dua kali.” Dan riwayat Abu Daud disebutkan, “Takut sial itu syirik, takut sial itu syirik, tiga kali.”
3) Kekuatan tauhid dan tawakkal kepada Allah ta’ala akan menghilangkan rasa takut sial, perasaan galau dan gundah gulana dalam hati seorang hamba.
4) Pentingnya menuntut ilmu tauhid, karena itulah jalan terbesar untuk menguatkan dan meluruskan keimanan seseorang.
5) Islam menghapus segala khurafat yang merusak akal.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم





Jangan Kasar Saudaraku, Jangan Membuat Manusia Lari dari Agama Allah Ta’ala

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Jangan Kasar
JANGAN KASAR SAUDARAKU, JANGAN MEMBUAT MANUSIA LARI DARI AGAMA ALLAH TA'ALA.

Allah ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [Ali Imron: 159]
Al-Imam Al-Mufassir Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata,
أي: برحمة الله لك ولأصحابك، منَّ الله عليك أن ألنت لهم جانبك، وخفضت لهم جناحك، وترققت عليهم، وحسنت لهم خلقك، فاجتمعوا عليك وأحبوك، وامتثلوا أمرك
ولو كنت فظا أي: سيئ الخلق { غليظ القلب } أي: قاسيه، { لانفضوا من حولك } لأن هذا ينفرهم ويبغضهم لمن قام به هذا الخلق السيئ
فالأخلاق الحسنة من الرئيس في الدين، تجذب الناس إلى دين الله، وترغبهم فيه، مع ما لصاحبه من المدح والثواب الخاص، والأخلاق السيئة من الرئيس في الدين تنفر الناس عن الدين، وتبغضهم إليه، مع ما لصاحبها من الذم والعقاب الخاص، فهذا الرسول المعصوم يقول الله له ما يقول، فكيف بغيره؟
أليس من أوجب الواجبات، وأهم المهمات، الاقتداء بأخلاقه الكريمة، ومعاملة الناس بما يعاملهم به صلى الله عليه وسلم، من اللين وحسن الخلق والتأليف، امتثالا لأمر الله، وجذبا لعباد الله لدين الله.
ثم أمره الله تعالى بأن يعفو عنهم ما صدر منهم من التقصير في حقه صلى الله عليه وسلم، ويستغفر لهم في التقصير في حق الله، فيجمع بين العفو والإحسان
“Maknanya: Dengan sebab rahmat Allah kepadamu (wahai Muhammad) dan sahabat-sahabatmu, maka Allah ta’ala menganugerahkan nikmat kepadamu sehingga engkau dapat berlemah lembut, rendah hati, halus dan berakhlak baik terhadap mereka, maka mereka pun bersatu bersamamu, mencintaimu dan menaati perintahmu.
“Sekiranya kamu bersikap keras”, maknanya: Berakhlak jelek. “Berhati kasar”, maknanya: Mengeraskan hati. “Tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”, karena ini membuat mereka lari dan marah terhadap orang yang memiliki akhlak jelek ini.
Maka akhlak yang baik termasuk modal utama dalam agama, yang dapat menarik dan memotivasi manusia kepada agama Allah, bersama dengan pujian dan pahala yang khusus bagi pemiliknya. Adapun akhlak yang jelek dalam agama, termasuk sebab utama yang menjauhkan dan membuat marah umat manusia terhadap agama, bersama dengan celaan dan hukuman yang khusus bagi pemiliknya. Maka inilah Rasul yang maksum (terjaga dari dosa), namun Allah ta’ala berfirman kepada beliau tentang ini, bagaimana lagi dengan selain beliau?!
Bukankah termasuk kewajiban terbesar dan terpenting adalah meneladani akhlak beliau yang mulia dan bergaul dengan manusia sesuai perangai beliau shallallahu’alaihi wa sallam, yaitu perangai kelembutan, akhlak baik dan menyatukan hati demi menaati perintah Allah ta’ala dan menarik hamba-hamba Allah kepada agama Allah.
Kemudian (dalam lanjutan ayat) Allah ta’ala memerintahkan beliau shallallahu’alaihi wa sallam untuk memaafkan kesalahan mereka terhadap beliau dan memohonkan ampun atas kesalahan mereka kepada Allah ta’ala, maka dengan begitu beliau telah mengumpulkan antara pemaafan dan perbuatan baik.” [Tafsir As-Sa'di, hal. 154]
Beberapa Pelajaran:
1) Dengan sebab rahmat (kasih sayang) Allah ta’ala kepada hamba-hamba-Nya sehingga mereka diberikan oleh Allah ta’ala taufiq untuk dapat beramal shalih, maka tidaklah patut bagi seorang hamba untuk menyombongkan diri dan merasa bangga dengan amalan-amalan shalih yang ia kerjakan.
2) Apabila tidak patut menyombongkan diri dan berbanga-bangga dengan amal shalih maka lebih tidak patut lagi untuk sombong dan bangga dengan kemewahan dunia.
3) Perintah berakhlak baik dan celaan terhadap akhlak yang jelek.
4) Pentingnya akhlak yang baik bagi seorang da’i, bahwa dakwah tidak cukup hanya dengan penyampaian ilmu, tapi harus disertai dengan akhlak yang mulia dalam bergaul.
  • Dan bahwa kelembutan adalah asal dalam berdakwah,
  • Tidak boleh bersikap keras kecuali ketika dibutuhkan,
  • Dilakukan sesuai kadarnya,
  • Dan tidak memunculkan kemudaratan yang lebih besar.
5) Peringatan dari bahaya kejelekan akhlak, bukan hanya terhadap diri, tetapi juga terhadap agama, bahwa yang menghalangi manusia dari agama Allah bukan saja para penyesat umat dari kalangan ahlul bid’ah dan kesesatan, tetapi bisa juga dari kalangan ahlus sunnah yang berakhlak jelek, sehingga manusia lari dari agama Allah ta’ala.
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam banyak berpesan kepada para sahabat beliau untuk bersikap lemah lembut kepada manusia dan memberikan kemudahan. Diantaranya sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam kepada dua orang sahabat (Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al-’Asy’ari radhiyallahu’anhuma) yang akan diutus ke negeri Yaman untuk berdakwah,
يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا
“Hendaklah kalian berdua memberi kemudahan dan jangan mempersulit, memberi kabar gembira dan jangan membuat manusia lari, saling rukun dan jangan berselisih.” 
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sa’id bin Abi Burdah dari Bapaknya dari Kakeknyaradhiyallahu’anhu]
Demikian pula sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam ketika menegur para sahabat dalam memperlakukan Orang Arab Badui yang kencing di masjid,
دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ
“Biarkan dia dan siramlah kencingnya dengan seember air atau sebejana air, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memberikan kemudahan, bukan untuk mempersulit.”
[HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Dan lihatlah kelebihan-kelebihan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang dapat membantu dakwah beliau agar diterima manusia, diantaranya:
1. Beliau dikenal sebagai Al-Amin, orang yang jujur lagi terpercaya jauh sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul.
2. Beliau memiliki kefasihan bahasa dan diberikan jawaami’ul kalim (kalimat-kalimat yang ringkas namun mengandung makna yang luas).
3. Keluasan ilmu beliau tidak diragukan lagi, karena Al-Qur’an dan As-Sunnah diturunkan kepada beliau.
4. Beliau didukung oleh tanda-tanda kenabian, yaitu berbagai macam mukjizat yang membuktikan kebenaran ajaran beliau.
5. Para penyair Arab yang hebat tidak mampu mendatangkan sebuah syair dan ucapan yang semisal atau lebih baik dari Al-Qur’an yang beliau bawa.
Dan masih banyak lagi keistimewaan-keistimewaan yang beliau miliki untuk menguatkan dan membantu dakwah beliau. Namun, bersamaan dengan itu Allah ta’ala memperingatkan, andaikan beliau berakhlak jelek maka manusia akan lari dari agama Allah ta’ala yang beliau dakwahkan. Maka sudah tentu, kita pun sangat butuh untuk menghiasi diri dengan kelembutan dan akhlak mulia dalam berdakwah.
Kelembutan Memperindah Segala Sesuatu
Kelembutan Memperindah Segala Sesuatu
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya kelembutan itu, tidaklah terdapat pada sesuatu kecuali ia akan membaguskannya, dan tidaklah ia dihilangkan dari sesuatu kecuali ia akan menjelekkannya.” [HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
Beberapa Pelajaran:
1) Perintah menghiasi diri dengan akhlak kelembutan dalam segala urusan, seperti dalam bergaul dengan orang lain maupun dalam memperlakukan hewan, kendaraan dan yang lainnya.
2) Larangan bersifat kasar lagi keras.
3) Kelembutan adalah sebab meraih segala kebaikan dan sifat keras lagi kasar adalah sebab munculnya berbagai macam kejelekan.
4) Namun harus dipahami juga, terkadang sikap kasar lagi keras diperlukan dan dianjurkan dalam keadaan tertentu, seperti ketika memerangi orang-orang kafir atau ketika maslahat untuk bersikap keras lebih besar daripada berlemah lembut.
5) Keindahan dan keluhuran akhlak Islam.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
« * * * *